|

Kafilah Sulteng: Ini Ladang Pahala, Kami Harus ke Medan

Jihran H Lamuma, peserta Bidang Tilawah Putra Anak dari Sulawesi Tengah saat tampil membacakan Surat Al An'am Ayat 21 di Lapangan Merdeka Medan, Ahad (07/10/2018). (foto: ist)

INILAHMEDAN - Medan: Jihran H Lamuma baru bisa bernafas lega. Siswa SMP Negeri 1 Liang, Palu, Sulawesi Tengah (Sulteng), ini baru saja tampil di panggung Musabaqah Tilawatil Quran Nasional (MTQN) XXVII di Medan, Sumatera Utara, Ahad (07/10/2018).

"Saya otimis telah memberikan yang terbaik untuk Sulteng," kata Jihran saat ditemui di belakang panggung usai tampil dengan melantunkan Surat Al-An'am Ayat 21. 

Jihran tampil tanpa gugup. Bahkan dia memanfaatkan waktu dengan pas. Selesai sebelum 8 menit.

Jihran bercerita soal perjuangannya ke tahap ini. Banyak hal yang telah dia lakukan bersama 50 rekannya. Gempa bumi dan tsunami yang melanda Palu, 28 September lalu, tak menghambat semangat mereka.

Sempat terhenti berlatih selama enam hari, kemudian listrik padam hingga penundaan penerbangan, tak menganggu mental Jihran tampil melantunkan ayat suci Alquran. 

"Gempa sangat berpengaruh sama kami. Saat gempa saya sedang membaca Alquran. Gempanya sangat kencang. Kami langsung ke luar kamar," kata pria kelahiran 2004 tersebut.

Cerita Jihran, saat gempa dia dan rekan-rekan kafilah lainnya dari Sulteng sedang mengikuti kegiatan pembinaan di Asrama Haji Palu. 

"Usai gempa, kami dipulangkan ke rumah. Syukurnya keluarga semua selamat. Setelah enam hari baru balik lagi ke Asrama Haji," ucap remaja berdarah Sulawesi tersebut.

Pasca gempa, jaringan listrik belum pulih. Saat malam hari, Jihran dan rekan-rekannya berlatih membaca Alquran dari handphone. Terkadang jika baterai handphone habis, mereka msmanfaatkan cahaya lilin sebagai penerangan membaca Alquran. 

"Sampai kita berangkat tanggal 5 Oktober, listrik di Palu masih padam. Jadi berlatih seadanya," kata 
Arnold Firdaus, Kepala Biro Kesra Sulteng yang mendampingi Jihran.

Saat menuju Medan, mereka harus naik pesawat ke Balikpapan dengan waktu 45 menit. Dari Balikpapan, mereka diangkut lagi dengan Hercules terbang ke Surabaya dengan dua jam perjalanan. 

"Dari Surabaya baru kami merasakan AC pesawat saat terbang ke Medan. Luar biasa. Untungnya mereka semua semangat," kata Firdaus.

Bagi mereka, kompetisi MTQN merupakan kompetisi sakral. "Insya Allah ini menjadi ladang pahala bagi kami membumikan Alquran. Ini perintah Allah. Jadi kami harus berangkat ke Medan. Semua keluarga juga mendukung. Kami melakukan ini semua untuk warga Sulteng yang sedang berjuang. Insya Allah kami memberikan yang terbaik di ajang ini," harap Firdaus. (imc/bsk)



Komentar

Berita Terkini