|

Di Depan Sultan Langkat, LIPPSU Ajak Generasi Muda Jangan Jadi Penonton di Negeri Sendiri

Direktur LIPPSU Azhari AM Sinik pada acara Dialog Sejarah Napak Tilas Kejayaan dan Keruntuhan Kesultanan Langkat di aula Sekolah Tinggi Agama Islam Jam'iyah Mahmudiyah Tanjung Pura, Langkat, Sumut, Sabtu (12/10/2019). (foto: ist)

INILAHMEDAN - Langkat: Direktur Eksekutif Lembaga Independen Pemerhati Pembangunan Sumatera Utara (LIPPSU) Azhari AM Sinik meminta generasi muda Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, jangan menjadi penonton di negerinya sendiri.

"Ini saatnya generasi muda Langkat bangkit. Kita sadar sumber daya alam Langkat melimpah. Kita jangan jadi penonton dan hanya terdiam," kata Azhari AM Sinik pada Dialog Sejarah Napak Tilas Kejayaan dan Keruntuhan Kesultanan Langkat yang digagas LIPPSU di aula Sekolah Tinggi Agama Islam Jam'iyah Mahmudiyah Tanjung Pura, Langkat, Sumut, Sabtu (12/10/2019).

Hadir dalam acara dialog itu, Sekretaris Daerah Provinsi Sumut Sabrina, mewakili Gubsu, Kadis Kabudayaan dan Pariwisata Sumut Ria N Telaumbanua, Kepala Balai Permukiman dan Perumahan Sumut Dirjen Cipta Karya Kementerian PUPR Syafriel Tansier, Kepala Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman Sumut Ida Mariana,  T Isfan Zulfikar Kepala UPT Pengelolaan Irigasi Belawan Padang mewakili Kepala Dinas Sumber Daya Air, Cipta Karya dan Tata Ruang Sumut, Kepala  Balai Permukiman dan Perumahan Sumut Ditjen Cipta Karya Kemen PUPR, Syafriel Tansier.

Hadir juga memberi sambutan Sultan Langkat Sri Paduka Tuanku Sultan Azwar Abdul Jalil Rahmad Shah alp-Haj Ibni al-Marhum Tengku Maimun, para perwakilan kerajanan dan kesultanan Langkat. 

Narasumber pada dialog itu antara lain peneliti sejarah dari Unimed Phil Ichwan Azhari, pemerhati sejarah Muaz Tanjung, pengamat sosial dan politik UMSU Shohibul Anshor Siregar dan moderator Indra Buana Tanjung. 

Azhari AM SInik menegaskan, melihat kondisi Langkat yang belum terperhatikan, saatnya generasi muda bangkit membangun negerinya dengan sikap idealisme agar nantinya kabupaten yang menjadi saksi sejarah berdirinya Kesultanan Langkat di Sumatera Timur dapat setara dengan kabupaten lain di Indonesia.

"Lewat dialog sejarah ini, kita berharap generasi muda bangkit dan bagian dari upaya membangkitkan peradaban agar Langkat yang direprsentasikan sebagai bangsa Melayu bangkit kembali," tandasnya.

Sementara Sekda Provsu Sabrina sangat mengapresiasi dialog sejarah ini. Kata dia, Kesultanan Melayu Islam Langkat adalah salah satu dari ragam pemberi warna dalam sejarah berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia.

"Transfer informasi sejarah ini sangat penting bagi generasi masa sekarang.
Sumatera Utara memiliki banyak peninggalan sejarah yang perlu dilestarikan. Termasuk peninggalan sejarah Kesultanan Langkat," kata Sabrina. 

Selain itu, kata dia, dialog sejarah sangat diperlukan untuk membangkitkan idealisme kebangsaan dan persatuan, serta memunculkan rasa kecintaan terhadap etika, adab, dan budaya Melayu Langkat sebagai warisan sejarah berharga.

“Hal tersebut juga dapat menjadi pembelajaran agar kejadian pada masa lalu tidak terulang kembali. Terutama pada peristiwa revolusi sosial pada tahun 1946,” ujarnya.

Sejarah Kesultanan Melayu, kata Sabrina, mulai dari pra republik hingga masa kejayaan dan kondisinya saat ini perlu jadi perhatian semua pihak. Mulai dari pemerintah kabupaten/kota, para pelajar, mahasiswa dan pemangku adat.

Lewat revitalisasi dan pelestarian peninggalan sejarah Melayu, kata dia, diharapkan dapat meningkatkan pendapatan asli daerah.

“Pelestarian peninggalan sejarah diharapkan dapat tercipta kawasan wisata bernuansa budaya, sejarah, dan religi yang dapat pula menambah pendapatan asli daerah,” tambah Sabrina. (imc/bsk)
Komentar

Berita Terkini