|

Kebun Anggur di Atap Rumah, Riduan: Panen Bareng Keluarga Rasanya Lebih Manis

M Ridwan, berbekal kemauan yang kuat, warga Jalan Kongsi, Gang Sejahtera, Marendal I, Kecamatan Patumbak, Kabupaten Deliserdang, ini berhasil memanfaatkan lahan terbatas dengan membudidayakan tanaman anggur di atap rumahnya.(foto: bsk)

INILAHMEDAN - Deliserdang: Di mana ada kemauan, di situ ada jalan. Ini yang dilakoni M Ridwan. Berbekal kemauan yang kuat, warga Jalan Kongsi, Gang Sejahtera, Marendal I, Kecamatan Patumbak, Kabupaten Deliserdang, ini berhasil memanfaatkan lahan terbatas dengan membudidayakan tanaman anggur di atap rumahnya.

“Awalnya cuma iseng. Karena banyak yang bilang anggur sulit tumbuh di daerah tropis," kata pria 37 tahun ini saat ditemui Minggu (03/08/2025).
Budidaya anggur dilakoni Riduan sejak Juli 2024. Berawal sekadar mencoba, namun rasa penasaran mendorongnya untuk menekuninya lebih serius.

"Itulah yang bikin saya tertantang,” kata Riduan.

Bermodal belajar secara otodidak dari internet, Riduan imempelajari berbagai teknik mulai dari pemilihan bibit, media tanam, pemangkasan, hingga grafting.

Riduan kemudian membeli 100 batang bibit anggur dari berbagai varietas, baik lokal maupun impor. Seperti Jupiter dan Donetsky. Bibit tersebut ditanam dalam pot besar di atas dak rumah berukuran sekitar 3x8 meter, dengan sistem para-para dari besi hollow dan kawat sling sebagai media rambat.

Keputusan Riduan budidaya anggur sempat mengundang tanya istrinya. Melihat keseriusan Riduan, sang istri akhirnya mendukung penuh.

“Dia sempat heran saya beli banyak bibit. Tapi setelah saya jelaskan dan tunjukkan hasilnya, dia jadi ikut merawat juga,” ujar Riduan.

Perawatan anggur tidak selalu berjalan mulus. Tantangannya cuaca ekstrem, hama, dan adaptasi tanaman. Setelah empat bulan, tanamannya mulai menunjukkan hasil. Beberapa batang sudah menghasilkan beberapa kilogram buah dalam satu kali panen.

Saat ini, kata Riduan, sekitar 70 persen dari total tanaman menunjukkan tanda-tanda berbuah. Riduan mulai membagikan hasil panen kepada kerabat, sekaligus menjawab banyak pertanyaan dari warga sekitar yang tertarik mencoba budidaya serupa.

“Banyak yang datang ke sini, tanya-tanya soal perawatan sampai minta bibit,” ucapnya.

Lebih dari sekadar sumber penghasilan tambahan, kebun anggur Riduan kini menjadi ruang interaksi keluarga. Setiap akhir pekan, Riduan bersama istri dan anak-anaknya naik ke atap untuk merawat sekaligus memanen buah. Ia menyebut momen kebersamaan itu sebagai salah satu nilai lebih dari kegiatan bertani di rumah sendiri.

“Kalau panennya bareng keluarga, rasanya memang lebih manis,” kata Riduan sambil menunjukkan tanaman anggur yang mulai menguning di bawah plastik pelindung.

Keberhasilan Riduan menarik minat warga. Tak sedikit yang datang langsung untuk melihat dan memetik buah. Ibu rumah tangga, anak-anak, hingga warga luar gang kerap berkunjung, mengajukan pertanyaan, dan mendokumentasikan kebun atap tersebut.

“Anggurnya rapi dan manis. Ternyata bisa tumbuh juga di atap rumah,” ujar Veny, salah seorang pengunjung.

Riduan berharap apa yang ia lakukan dapat menjadi inspirasi. Ia menekankan pentingnya kemauan dan ketekunan dalam memanfaatkan lahan terbatas.

“Bertani tidak harus punya lahan luas. Yang penting mau belajar dan konsisten. Anggur ini contohnya, bisa tumbuh di sini, dan hasilnya juga lumayan,” tuturnya.

Selain mengelola kebun anggur, Riduan juga mengelola sebuah bengkel las kecil di kawasan tempat tinggalnya. Ia meyakini semangat bertani di perkotaan atau urban farming memiliki potensi besar jika didukung kemauan serta kreativitas dalam memanfaatkan ruang.

Kini, atap rumah Riduan tidak lagi sekadar pelindung bangunan, melainkan menjadi simbol bahwa di tengah keterbatasan ruang, masih ada peluang untuk tumbuh dan berbagi hasilnya dengan sesama.(imc/bsk)

Komentar

Berita Terkini