![]() |
Pemkab Asahan memamerkan Sepatu Bunut di arena Pekan Raya Sumatera Utara (PRSU) ke-49.(foto: bsk) |
INILAHMEDAN - Medan: Pemkab Asahan memamerkan Sepatu Bunut di arena Pekan Raya Sumatera Utara (PRSU) ke-49. Merek sepatu asal Kelurahan Bunut yang sudah ada sejak 1998 ini ternyata masih diminati pengunjung di gawean akbar Pemprov Sumut itu.
"Banyak yang datang ke paviliun kita untuk membeli Sepatu Bunut, dan ada juga yang sekadar lihat-lihat," kata Sugiono, penjaga stand di Paviliun Pemkab Asahan di PRSU), Jumat (30/06/2023).
Sekitar 50 pasang sepatu Bunut yang dipamerkan di paviliun tersebut. Menurut Sugiono, sebagian sudah terjual.
"Sebagian pengunjung lainnya melakukan pemesanan dengan sistem panjar karena terbentur dengan ukuran kaki yang tidak pas, warna dan model," kata Sugiono.
Harga sepatu Bunut pria dan wanita dijual mulai dari Rp200 ribuan hingga Rp600 ribuan. Bahkan harga bisa lebih mahal kalau tempahannya menggunakan bahan kulit asli.
Selain sepatu dan sandal, perajin di bawah binaan Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Asahan itu juga memproduksi tali pinggang dan dompet. Tali pinggang dan dompet merupakan pengembangan produk Bunut yang awalnya masih berupa sepatu dan sandal.
"Tali pinggang dan dompet dijual mulai dari harga Rp200 ribu," ujar Sugiono.
Sugiono mengakui sepatu Bunut sempat populer di tahun 1998, namun sempat meredup karena produksi pabrikan tutup.
Melihat potensi yang masih besar dan keinginan kuat, eks pekerja akhirnya menjadi perajin Bunut.
"Pemkab Asahan terus berupaya mempertahankan sepatu Bunut," katanya.
Produk Bunut masih bisa dijumpai di kawasan sepanjang jalan lintas di Kelurahan Bunut dan termasuk di Sidomukti, Kecamatan Kisaran Barat.
"Ada beberapa toko yang menjual Bunut," ujar Sugiono.
Sepatu Bunut juga sudah memasuki wilayah di luar Sumut dan bahkan sampai Malaysia, meski hanya berupa pemesanan terbatas dengan dibawa langsung.
Salah satu calon pembeli Bunut asal Medan, Ridho, mengaku sudah mengenal Bunut sejak kuliah.
"Sayang ukuran nggak ada yang pas, jadi mau mesan dulu aja," katanya saat ditemui di stand Pemkab Asahan.
Ridho yang mengaku bekerja di salah satu perusahaan swasta di Medan, menyebutkan, jahitan yang rapi, daya tahan dan harga terjangkau menjadi daya tarik Bunut.
"Daya tahannya tidak kalah dengan produk impor, tapi harganya lebih terjangkau," katanya.(imc/bsk)