|

(FEATURES:) Geliat Kampung Ulos di Taman Bumi Toba

Aktifitas penenun ulos di Kampung Ulos di Desa Huta Nagodang, Kecamatan Muara, Kabupaten Tapanuli Utara Ptovinsi Sumatera Utara. (foto: bsk) 

Kerajinan ulos di Tanah Batak bagian karya seni di Geopark Kaldera Toba. Dengan motif yang khas, kerajinan tangan ini perlu dirawat dan dijaga buat generasi berikutnya

Duduk berselonjor di atas tikar, perempuan tua itu masih terlihat begitu cekatan. Lewat tangannya yang mengeriput, gulungan benang bercorak merah, hitam dan putih, itu dipintal membentuk sebuah kain dengan corak yang begitu khas.

"Ini namanya ulos Batak," ujar Oppung Regar, 76 tahun, kepada inilahmedan.com saat bertandang ke Kampung Ulos di Huta Nagodang, Kecamatan Muara, Kabupaten Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara, Sabtu pekan lalu.

Hari itu memang agak istimewa bagi Oppung Regar dan para penenun ulos lainnya. Bersama Satika Situmorang selaku Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kabupaten Tapanuli Utara, mereka kedatangan tamu dari rombongan Ekspedisi Geopark Kaldera Toba Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) se-Indonesia. Ekspedisi ini merupakan rangkaian kegiatan Hari Pers Nasional (HPN) 2023 di Provinsi Sumatera Utara.

Ketua Dekranasda Kabupaten Tapanuli Utara Satika Situmorang saat memaparkan kerajinan ulos di Kampung Ulos di Kecamatan Muara Tapanuli Utara kepada peserta Ekspedisi Gropark Kaldera Toba. (foto::bsk)

Bersama dengan penenun lainnya, Oppung Regar duduk berjejer di halaman depan rumah masing-masing. Deretan rumah kayu yang masih berbentuk panggung masih mempertahankan arsitektur rumah khas adat Batak. Sembari bercengkrama, toh tidak melorotkan kelincahan mereka sebagai penenun tradisional meski dipelototi banyak orang.

"Tangan-tangan yang begitu lincah. Kok dibilang ini pekerjaan sulit karena menyusun benang-benang dengan alat tenun tradisional," ungkap Ketua SMSI Asahan, Bawadi, seraya menunjukkan kekagumannya dan kemudian mengabadikan momen itu dengan ponsel androidnya.

Untuk memproduksi kain ulos, para penenun di Kampung Ulos bisa memakan waktu satu bulan. Tentunya produksi itu tidak lagi efisien mengingat kerajinan ulos mereka sudah menyasar banyak orang untuk ditawarkan. Salah satu kendala terbesar ternyata bahan baku benang.

Salah seorang perajin ulos di Kampung Ulos di Kecamatan Muara Labuh Tapanuli Utara saat memintal benang menjadi kain ulos. (foto: bsk) 

"Selama ini perajin kita menggunakan bahan benang kasar. Selain sering menimbulkan luka saat menenun, pengerjaannya juga memakan waktu lama. Lalu muncul ide saya untuk mengimpor benang yang lebih halus. Hasilnya efektifitas pembuatan ulos lebih cepat dengan menghasilkan kain ulos yang lembut," kata Satika Simamora saat mempresentasikan produk-produk unggulan Kabupaten Tapanuli Utara kepada seratusan wartawan yang tergabung di SMSI tersebut.

"Dulu beda dengan sekarang. Dulu ulos digunakan di acara-acara pesta adat. Setelah itu disimpan di lemari. Kok sekarang ulos bisa bernilai ekonomis. Alhasil pendapatan ekonomi keluarga perajin meningkat tajam," sambungnya.

Geosite Sipinsur di Kabupaten Humbahas salah satu dari 16 Geopark Kaldera Toba yang dikunjungi peserta Ekspedisi Geopark Kaldera Toba SMSI tahun 2023.(foto: bsk) 


Lewat ide-ide kreatif, varian produk ulos berkembang pesat. Di Kampung Ulos itu, perajin juga membuat produk lain seperti pembuatan tas sandang, pakaian, jaket dan model kerajinan tangan lainnya.

"Semua bahan bakunya terbuat dari ulos," ujar Satika Situmorang, istri Bupati Tapanuli Utara Nikson Nababan, itu.

Selaku Ketua Dekranasda Tapanuli Utara, Satika terus mengadvokasi para perajin agar terus keatif dalam menciptakan produk.

"Termasuk juga pelaku UMKM dalam memproduksi makanan khas Tapanuli Utara," katanya.

Desa Hutaginjang, Kecamatan Muara, Kabupaten Kabupaten Tapanuli Utara, merupakan satu dari 16 geosite yang masuk dalam Geopark (Taman Bumi) Kaldera Toba. Kaldera Toba merupakan kaldera terbesar di dunia yang terbentuk pada zaman kuarter dalam kurun waktu 1,2 juta tahun lalu. Danau Toba merupakan hasil letusan supervolcano yang terjadi pada 74.000 tahun lalu. Letusan tersebut akhirnya membentuk kawah besar dan terus menerus diisi air sehingga menjadi danau.

Panorama alam di Geopark Kaldera Toba. (foto: bsk) 


Penetapan Geosite Hutaginjang tentu saja membawa angin segar bagi kabupaten ini sehingga wisatawan lokal maupun mancanegara sering berwisata di kawasan tempat ledakan dahsyat Gunung Toba.

Geosite Hutaginjang dalam bahasa Batak diartikan sebagai Kampung Tinggi atau kawasan yang berada di ketinggian. Di sana, pengunjung bisa menyaksikan deretan bukit yang mengelilingi Danau Toba dengan hawa yang sejuk.

"Selain keindahan panorama alamnya, kita juga menjual Geopark Kaldera Toba kepada wisatawan bahwa tempat mereka menikmati keindahan alam Toba ini terjadi akibat letusan Gunung Toba yang sangat dahsyat," kata Debbie Riauni Panjaitan, Sekretaris Badan Pengelola Toba Caldera UNESCO Global Geopark.

Kawasan hasil letusan Supervolcano Toba menyisakan bentangan alam yang khas dan sangat indah di mana didiami penduduk suku Batak Toba, Batak Simalungun, Batak Karo dan Pakpak.

Panorama hutan pinus di Geopark Kaldera Toba.(foto: bsk) 


Dalam situs warisan alam, di kawasan Geopark Kaldera Toba terdapat kekayaan flora dan fauna di mana masyarakat Batak mendiami kawasan di tepian danau. Kemudian kawasan itu dimanfaatkan masyarakat untuk kegiatan pertanian seperti bercocok tanam padi, kopi, bawang, mangga, jeruk, terong belanda, kemenyan, andaliman, dengan fauna seperti Harimau Sumatera, ikan Batak, kambing putih dan lainnya yang mewariskan tradisi dan menjadikan kebudayaan dan adat istiadat masyarakat Batak sehingga menghasilkan kearifan lokal yang berkembang hingga saat ini.

Ulos Batak Toba dan Pakpak, ulos Batak Karo, Hiou di Batak Simalungun dengan pewarnaan yang unik didominasi warna merah putih dan hitam merupakan pewarnaan yang diambil dari tumbuh-tumbuhan yang ada di sekitar jejak letusan gunung api supervolcano. Begitu juga seni tarian Tor-tor Batak Toba, Merdang Mendem Batak Karo, Huda Huda Batak Simalungun.

Peristiwa letusan gunung api yang maha dahsyat tersebut telah memengaruhi kehidupan masyarakat sekitar kawasan dari aspek sosial budaya dan ekonomi mapun keanekaragaman hayati.

Rumah adat suku Batak yang sangat unik dibuat tanpa menggunakan pasak, tidak menggunakan paku, tetapi menggunakan rotan dengan bentuk yang menyerupai perahu. Apabila terjadi tsunami danau, rumah adat tersebut dapat dijadikan perahu.

Geopark merupakan suatu konsep manejemen pengembangan kawasan secara berkelanjutan yang memaduserasikan tiga keragaman alam yaitu keragaman geologi (geodiversity), keragaman hayati (biodiversity), dan keragaman budaya (cultural diversity). Tujuannya untuk pembangunan serta pengembangan ekonomi kerakyatan yang berbasis pada asas perlindungan (konservasi) terhadap ketiga keragaman ini.

Keragaman budaya ini pada akhirnya melahirkan kearifan lokal secara turun temurun hingga kini. Mungkin termasuk juga dengan apa yang dilakoni Oppung Regar dan perajin ulos lainnya. Budaya akhirnya menghasilkan salah satu daya cipta dan kreasi yang sejak lama dilakoni.

"Kita ingin kerajinan ulos kita wariskan ke anak cucu nanti," katanya dengan logat Batak. (bambang sri kurniawan)

Komentar

Berita Terkini