|

Dinobatkan Pelatih Terbaik Jujitsu Sumut 2019, Surya Dharma: Ini Anugerah Maha Kuasa

Surya Dharma, pelatih terbaik Jujitsu Sumut 2019

INILAHMEDAN - Medan: Dinobatkan sebagai pelatih terbaik Jujitsu Sumut 2019, Surya Dharma, begitu bahagia bercampur haru.

"Ini anugerah dari yang Maha Kuasa dan akan saya persembahkan sebagai hadiah akhir tahun kepada istri tercinta Atika dan anak tersayang M Ridho," kata Surya Dharma saat ditemui di Medan, Jumat (03/01/2019).

Surya Dharma mendapat predikat pelatih terbaik Jujitsu 2019 berdasarkan hasil penilaian tim yang terdiri dari Ketua Dewan Pelatih dan Pelatih Jujitsu Fighter Sumatera Utara (JFS) pada acara Gashuku di Sibolangit, Deliserdang, Sumatera Utara, belum lama ini.

"Ini juga menjadi tanggung jawab besar bagi saya untuk memberi contoh yang baik saat latihan. Tentunya dengan mengutamakan disiplin," ujar anak dari almarhum Effendi dan almarhumah Fatimah Dewi ini.

Predikat serupa juga pernah disandang Jujitsan yang tinggal di Jalan Penguin Raya IV, Perumnas Mandala, ini pada 2011.

"Predikat sebagai pelatih terbaik Jujitsu Sumut sudah dua kali saya terima. Pertama tahun 2011 dan kedua 2019," katanya.

Torehan prestasi ini, kata Surya Dharma, berkat kerja keras dan latihan serta mengembangkan Jujitsu dengan memberikan ilmu bela diri asal Jepang ini kepada anak didiknya di Dojo Tirtanadi Medan.

Cerita Surya Dharma, dia mulai menekuni bela diri Jujitsu sejak 1990. Sebagai warga Sumut, darah petarung mengalir dalam jiwanya sehingga mengabdi di Jujitsu hingga saat ini. 

Pria kelahiran 11 September 1976 ini banyak membukukan prestasi. Antara lain sebagai Jujitsan terbaik 1995, meraih perak Kejurda 1996 di Medan dan meraih emas Kejurda 1997 di Medan serta dinobatkan sebagai jujitsan terbaik.

Penyandang sabuk Hitam DAN III ini menuturkan, penghargaan yang diterimanya merupakan kebanggaan di saat usia tidak muda lagi. 

"Gelar pelatih terbaik belum tentu bisa diraih kalau tidak dengan kerja keras untuk melatih anak anak didik," katanya. 

Surya Dharma berharap hasil yang diraihnya dapat menjadi motivasi bagi jujitsu junior untuk lebih giat lagi berlatih dalam nengembangkan Jujitsu. 

“Terima kasih kepada senior yang telah memberikan kepecayaan kepada saya untuk mengajar peserta didik dan memotivasi saya saat memberikan ilmu Jujitsu kepada jujitsan serta memberikan masukan tentang teknik-teknik bela diri," ujarnya.

Anak ke delapan dari sebelas bersaudara ini menjelaskan bela diri Jujitsu pada dasarnya adalah bentuk-bentuk pembelaan diri yang bersifat defensif dan memanfaatkan “Yawaragi” atau teknik-teknik yang bersifat fleksibel, di mana serangan lawan tidak dihadapi dengan kekuatan, melainkan dengan cara “menipu” lawan agar daya serangan tersebut dapat digunakan untuk mengalahkan dirinya sendiri.

Alumni Perguruan Widyasana Medan ini menambahkan, untuk menjadi jujitsan harus disumpah yaitu bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, taat kepada orangtua, sanggup menjaga nama baik Jujitsu, bersikap kesatria dan jujur serta taat pada pelatih. 

"Jujitsan juga harus menjunjung tinggi semboyan Jujitsu yaitu berlatih demi kemanusiaan, tidak sombong, melindungi yang lemah, berdiri di pihak yang benar. Bela diri Jujitsu hanya digunakan dalam keadaan terpaksa dan dalam latihan tidak ada tawa dan tangis," tegasnya.

Untuk ke depannya, Surua Dharma bertekad memajukan dan mengembangkan bela diri Jujitsu di wilayah Sumatera Utara dengan misi menciptakan jujitsan yang andal dan tangguh sebagai petarung yang dipersiapkan untuk menjadi kontingen Sumut yang akan berlaga di arena bergengsi olah raga tanah air yang digelar empat tahunan di Sumut-Aceh pada PON XXI 2024.(imc/bayu)

Komentar

Berita Terkini