|

Kota Medan Penyumbang Inflasi Terbesar di Sumut


INILAHMEDAN - Medan: Bank Indonesia Perwakilan Sumatera Utara (Sumut) meminta  Provinsi Sumatera Utara untuk lebih fokus menstabilkan harga bahan pokok di Kota Medan.

"Komoditas cabai merah, bawang merah, bawang putih, ayam ras merupakan penyumbang inflasi 2019," kata Kepala Bank Indonesia Perwakilan Sumut Wiwiek Sisto Widayat, Rabu (14/08/2019).

Menurut Wiwiek, Kota Medan berkontribusi paling besar penyumbang inflasi 2019 si Sumut atau mencapai 82 persen dibandingkan dengan daerah lainnya. 

"Kalau Medan terkendali maka inflasi Sumut akan terkendali. Karenakan 82 persen kontribusi inflasi dari Medan," katanya.

Diakui Wiwiek, hingga Juli tingkat inflasi Provinsi Sumut secara year to date mencapai 5,21 persen dan ini berada di atas inflasi Sumatera dan nasional. Secara tahunan, inflasi IHK Sumut periode Juli mencapai 6,28 (yoy), jauh lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 5,87 (yoy). Lonjakan IHK bersumber dari kelompok komoditas volatile food (VF) yang mencatatkan angka 15,75 (yoy).

Ia menjelaskan harga bahan pokok cabai merah masih menjadi faktor utama panyebab inflasi di beberapa daerah, termasuk Sumut. Menurutnya, hal tersebut sebagai akibat dari kemarau panjang.

"Selain itu, kami juga dapat info dari petani ada beberapa hama yang membuat keriting daun cabai sehingga membuat cabai busuk sebelum matang," jelasnya.

Guna menggendalikan inflasi daerah, BI bersama dengan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) untuk menemukan solusi-solusi baik dari jangka pendek, menengah, dan jangka panjang.

"Apa yang dikerjakan TPID, untuk mencoba agar inflasi tidak terlalu tinggi terus melakukan berbagai upaya agar tidak terlalu tinggi. Caranya kita tetap mengacu road map yang sudah ditandatangani Sumut di 33 kabupaten, yaitu bagaimana kita menjaga ketersediaan pangan, keterjangkauan harga, menjaga kelancaran distribusi. Kita tetap melakukan komunikasi kepada stakeholders, asosiasi perdagangan, asosiasi komoditi para pedagang dan masyarakat, semua elemen dan dan semua unsur," ungkap Wiwiek.

Sebelumnya, pihaknya bersama Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi melakukan survei di kabupaten Batubara. Menurutnya, daerah Batubara dapat menjadi sentra baru produksi cabai merah. 

"Totalnya sangat menjanjikan, kurang lebih ada lahan 400 hektar di Batubara (untuk produksi cabai)," jelasnya.

Wiwiek menjelaskan pengendalian harga juga dapat dilakukan dengan controlled atmosphere storage (CAS), yakni teknologi pengkondisian atmosfer pada ruang penyimpanan komoditas hortikultura. Itu digunakan untuk mempertahankan mutu dan memperpanjang umur simpan buah dan sayuran.

"Kalau yang jangka panjang bisa belajar dari DKI Jakarta dengan membentuk Badan Usaha Pangan, mereka berhasil menstabilkan harga bahan pokok. Sumut apalagi sebagai produsen pasti lebih mudah," tandasnya. (imc/fat)
Komentar

Berita Terkini