PT KAI Bombardir Puluhan Rumah Bantaran Rel, Warga: Wahai Penguasa, Tolonglah Kami...
INILAHMEDAN - Medan: Pelaksanaan eksekusi atas rumah-rumah warga yang berdiri di pinggiran rel kereta api di Jalan Timah, Lingkungan VII, Kelurahan Sei Rengas II, Kecamatan Medan Area, berakhir bentrok, Rabu (26/10/2016).
Bentrok terjadi antara warga pemilik rumah dengan puluhan petugas yang mengamankan jalannya eksekusi yang dilakukan PT Kereta Api Indonesia (KAI). Puluhan petugas dilempari batu. Makian dan umpatan dilontarkan warga yang mayoritas kaum ibu-ibu.
Pantauan www.inilahmedan.com di lokasi, meski dimaki-maki dan dilempari batu, tim eksekusi terus melakukan pembongkaran dengan alat berat. Sementara seratusan aparat kepolisian di antaranya Polwan, dibantu TNI, Satpol PP Medan, dan petugas khusus kereta api berusaha meredam amuk warga.
Pembongkaran puluhan rumah di bantaran rel terkait pembangunan double track untuk jalur lalu lintas kereta apo tujuan Medan - Bandara Internasional Kualanamu.
Bentrok dimulai ketika alat berat mulai merubuhkan. Seketika, puluhan ibu-ibu berusaha menghadang. Aparat kepolisian langsung berusaha membubarkan warga. Namun warga berusaha bertahan diiringi makian dan umpatan. Entah darimana asalnya, batu-batu berterbangan melempari petugas. Kondisi itu membuat petugas bereaksi cepat dengan menghalau warga. Beberapa petugas Polwan sempat terjadi tarik-menarik dengan warga dari kaum ibu-ibu. Bahkan ada ibu-ibu yang pingsan dan kemudian digotong petgas.
Beberapa warga yang rumahnya dirubuhkan sangat menyesalkan terjadinya pembongkaran. Iyak misalnya. Dia bertahan agar rumahnya tidak dibongkar lantaran ganti-rugi yang ditawarkan pihak PT KAI sangat tidak wajar.
"Masak ganti rugi ditawarkan mereka cuma Rp1,5 juta. Apa yang bisa dibuat dengan uang segitu. Ini namanya tidak manusiawi," katanya.
Warga juga mempertanyakan alasan PT KAI membangkar rumah warga karena warga di sana membayar PBB dan vang sewa-menyewa juga dibayar.
"Kami ini memang orang bodoh, tapi kami janganlah dibodoh-bodohi. Negara harus tahu ini. Siapa lagi yang bisa membela rakyat miskin seperti kami kalau bukan negara. Wahai penguasa, tolonglah kami," keluh Iyak.
Keluhan Iyak sepertinya tidak ada gunanya. Sebab tim ekseksi terus saja mengobrak-abrik rumah warga di sana. Akhirnya, Iyak hanya bisa pasrah. (as)