![]() |
Hasan, korban yang diduga mengalami kecelakaan kerja di PLTU Labuhan Angin akhirnya meninggal dunia.(foto: rizki) |
INILAHMEDAN - Tapteng: Hasan, korban yang diduga mengalami kecelakaan kerja di PLTU Labuhan Angin akhirnya meninggal dunia.
Hal itu terungkap pada Rapat Dengar Pendapat (RDP) DPRD Tapanuli Tengah (Tapteng, Rabu (28/05/2025).
RDP dilakukan karena adanya aksi tunggal mahasiswa di gedung DPRD Tapteng mendesak agar dilakukan pemeriksaan terhadap penyebab kecelakaan kerja, yaitu memeriksa tempat kejadian, termasuk salah satunya kandungan racun yang ada di dalam cooling water pump.
Usai RDP, pihak PT Indonesia Power UBP Labuhan Angin, melalui TL K3 Kam, Defri, mengatakan, kedatangan mereka ke DPRD Tapteng untuk klarifikasi.
"Kami memaparkan sesuai undangan DPRD terkait kecelakaan kerja keracunan. Kami sudah lakukan klarifikasi kalau keracunan itu tidak ada. Ada pekerja yang tidak sadarkan diri dan sesuai dari hasil rumah sakit menyatakan tidak ada keracunan," kata Defri.
Dikatakannya, korban bukan merupakan karyawan Indonesia Power, melainkan karyawan dari PT LPS (Lima Purnama Sukses), yang merupakan vendor pelaksana dari kegiatan overhaul di MCWP.
"Jadi, kami membantah telah terjadi keracunan di kolam limbah pembuangan berbahaya. Pekerja yang meninggal dunia bernama Hasan warga Medan, umur enam puluh tahunan lebih, merupakan pekerja dari vendor PT Lima Purnama Sukses," ungkap Defri.
Dijelaskannya, korban Hasan meninggal setelah sebulan mendapatkan perawatan.
"Korban meninggal dunia tanggal 4 April 2025, insiden kecelakaan kerja itu pada 5 Maret 2025, jadi ada selang waktu sebulan. Korban sempat pulih dan masuk ke ruangan pemulihan di akhir April 2025 kalau detail kronologi itu lebih tahu pihak perusahaan," jelasnya.
"Jadi, korban meninggal dunia bukan karena keracunan melainkan ada jenis penyakit lainnya," lanjutnya.
Sementara itu, anggota DPRD Tapteng, Abdul Basir Situmeang, mengungkapkan, bahwa RDP hari ini akan ditindaklanjuti hingga ke PT Indonesia Power di Jakarta dan Kementerian BUMN serta Kementerian Tenaga Kerja.
"Kita dalam waktu dekat akan ke Jakarta guna menindaklanjuti apa yang kita RDP kan hari ini. Nanti kita akan periksa juga rekam medisnya, serta bagaimana bisa seseorang penyelam itu bisa dibawa ke IGD saat menyelam, jelas kita bingung soal itu, makanya akan kita suruh nanti dicek ke lokasi," ujarnya.
Politisi NasDem yang juga menjadi Ketua Badan Kehormatan (BKD) DPRD Tapteng, ini menyebutkan pihaknya menemukan beberapa kejanggalan dari penjelasan pihak Indonesia Power dan keterangan yang didapatkan.
"Nanti setelah kita ajukan ke jenjang selanjutnya, maka kita akan tahu siapa yang berbohong, sebab yang mengherankan kejadian ini begitu dibungkus rapi, dan pemberitaan juga kita duga ada takedown," tuturnya.
"Segera kita akan melanjutkan ke Jakarta, dan kita buktikan kejadian ini seperti apa nanti," pungkasnya. (imc/rizki)