|

11 Polisi Difabel Dapat Empati Kapolri Dengan Ikut SIP


INILAHMEDAN - Jakarta : Kapolri Jenderal Idham Azis menunjukkan rasa empati dengan memberi kesempatan pendidikan lanjutan bagi 11 polisi yang mengalami difabel.

Mereka bukan penderita difabel biasa, melainkan akibat menjalankan tugas dilapangan. Jenjang pendidikan lanjutan itu adalah untuk para calon siswa Sekolah Inspektur Polisi (SIP)

" Ini merupakan wujud penghargaan Kapolri selaku pimpinan dalam memberikan reward (penghargaan) kepada para anggota yang berjasa melaksanakan tugasnya dengan mengorbankan jiwa dan raga,” ujar Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Kabiro Penmas) Polri Brigjen Raden Prabowo Argo Yuwono di Jakarta, kemarin.

Ia mengatakan, Staf Khusus Presiden Angkie Yudistia memberikan penghargaan dan dukungan kepada Kapolri. Sebelas personel polisi tersebut berjuang sesuai dengan tugas mereka masing-masing.

Dari operasi melawan teroris di Poso, Papua, Aceh, sampai operasi lalu lintas dan lainnya. Termasuk operasi Cinta Damai (Aceh).

Satgas Amole di Papua, Satgas Tanah Rencong, Satgas Aman Nusa, Kontak senjata di Aceh, kecelakaan dalam rangka pengamanan kunjungan Presiden RI, Satgas Unras di Papua dan cidera saat peragaan HUT Brimob.

Sungguh luar biasa, karena ada empati yang ditunjukkan Kapolri terhadap anggota yang tengah menjalani prosedur ketahanan fisik calon siswa Sekolah Inspektur Polisi (SIP).

Kapolri memiliki visi ke depan untuk mereka. Sekaligus melihat sisi rekam jejak diri para difabel yang telah berjuang maksimal. Hingga mereka tertembak dan terluka, bahkan tewas.

Dengan memberi kesempatan bagi difabel adalah luar biasa. Hingga kita bisa suatu saat melihat para perwira, yang telah berjuang, tertembak seperti Bripka Andrew dan Bripda Baso dan yang lainnya.

Disebutkan, banyak anggota Brimob dan juga anggota TNI memburu, bertempur melawan teroris tewas. Mereka menjadi pahlawan dan diberikan pangkat anumerta.

Bagi yang terluka, seperti diamputasi dan cacat permanen, kenaikan jabatan tentu diberikan. Keberhasilan operasi  membuahkan rewards bagi mereka.

Kapolri yang terlahir disiplin tentara, namun tetap sederhana itu merasakan untuk suatu hal yang bisa dilakukan. Salah satunya peningkatan profesionalisme.

Para difabel diberi kesempatan belajar di SIP, tentu suatu penghargaan yang baru pertama kali dilakukan.

Dilihat dari sisi pola pikir Idham Azis tentu menarik tentang landasan pengambilan keputusan. Ia mempraktikkan teori psikologis ala Amos Tversky.

Teori psikologi pengambilan keputusan itu, ternyata terkait dengan sisi rekam jejak pribadi Jenderal Polisi yang lahir di Kendari 30 Januari 1963 tersebut.

Catatan tentang Idham Azis adalah komitmen dan perjuangan. Secara pribadi, Idham Azis sosok yang sederhana.

Dan keputusan untuk memberikan hadiah penghargaan kepada para difabel menggambarkan empatinya pada sesama anggota kepolisian.

Ia memiliki catatan perjuangan operasi bersama Tito Karnavian, satu kolega tegak lurus. Keduanya adalah para pemburu teroris. Lulusan Akademi Kepolisian 1988 itu spesialis di bidang reserse dan anti-teror. 

Idham Azis terlibat dalam dua operasi gabungan TNI/Polri Camar Maleo (2014-2016) dan Tinombala (2016) ketika menjadi Kapolda Sulawesi Tengah.

Ia mengungkap Bom Bali II pada 2005 bersama Tito Karnavian, Petrus Reinhard Golose, Rycko dan M Sayfei meringkus teroris nomor satu Dr Azhari dan teroris kelompok Batu.

Mereka mendapatkan hadiah penghargaan dari Kapolri Jenderal Sutanto. (*/joy)

Komentar

Berita Terkini