|

Festival Musik Etnik, Hidayati: Potensi Wisata Penghasil PAD


INILAHMEDAN - Medan: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Sumatera Utara menggelar festival musik etnik yang memadukan kolaborasi antara tradisi, budaya, musik etnik dengan musik modern dunia.

Bertemakan milenial berbudaya, diharapkan kaum milenial yang memiliki potensi dalam dunia musik menjadi pendongkrak pembangunan daerah melalui wisata musik.

Para peserta diwajibkan membawakan satu lagu daerah yang diarransment ulang dengan perpaduan alat musik tradisional dan  modern. 

Meski untuk pertama kalinya digelar secara resmi oleh Pemerintah Sumatera Utara, diharapkan program wisata musik ini dapat terlaksana dan menjadi agenda tahunan. 


"Selain olahraga dan kuliner, musik juga menjadi potensi wisata yang bisa dikembangkan. Lihat saja berbagai festival musik besar yang diadakan tahunan. Jangankan hanya di Jakarta, yang diadakan di perbatasan pun minimal didatangi penduduk negara tetangga seperti Malaysia atau Singapura," kata Kadisbudpar Dr Wan Hidayati kepada wartawan, Minggu (24/02/2019).

Dipaparkannya, konsep music tourism (wisata musik-red) memang baru gencar dikumandangan o?pemerintah pusat melalui Kementerian Pariwisata di bawah kepemimpinan Menteri Pariwisata Arief Yahya.

Namun jauh sebelum Java Jazz atau Djakarta Warehouse Project menjadi bagian dari promosi wisata musik di Tanah Air, negara di belahan dunia lain sudah kerap melakukannya. 

"Meski menjadi tahap awal dan mendasar bagi kita pemerintah Provinsi Sumatera Utara harapannya dapat terealisasi secara maksimal setiap pelaksanaannya. Karena juga menjadi bagian program visi-misi Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Utara dalam menciptakan penduduk yang berbudaya,""jelasnya.

Dicontohkan Hidayati, Inggris, negara yang menyumbang sejarah musik dunia. Kawasan Abbey Road dan Festival musik Glastonbury bukan satu-satunya alasan para pecinta musik menyebut Britania Raya sebagai "Mekkah" industri musik.

Tahun lalu, badan yang dibentuk untuk mengurus segala hal tentang industri musik di Britania Raya, UK Music, merilis data tentang wisata musik tahun 2016. Faktanya cukup mencengangkan.

Pada tahun itu, sektor wisata musik di Inggris meraup keuntungan sebesar £4 miliar (lebih dari Rp76 triliun), atau meningkat 11 persen dibanding tahun sebelumnya. Di tahun yang sama, jumlah wisatawan mancanegara yang datang ke sana sebanyak 19 juta orang. Indonesia menyumbang jumlah kedatangan sebanyak 32 ribu.

"Kita juga berharap dapat mengembangkan program wisata musik ini menjadi lebih maksimal lagi. Di samping bisa mendatangkan wisatawan manca negara dan sumber penghasil pendapatan asli daerah (PAD), juga menjadi kegiatan positif kaum milenial," tegasnya. 

Di samping itu, lanjut Hidayati, jika ditarik 'garis keturunannya, musik sejatinya merupakan bagian dari wisata budaya, dan Kementerian Pariwisata telah mengakui bahwa keunggulan pariwisata Indonesia bertumpu pada potensi budaya.

"Potensi budaya mendapat porsi paling besar yaitu 60 persen, potensi alam sebesar 35 persen, dan diikuti dengan potensi buatan manusia yang mendapat porsi sebesar lima persen," Kata Hidayati mengulang pernyataan Esty Reko Astuti yang saat itu menjabat Deputi Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara Kemenpar pada akhir Juli 2017.

Sekadar informasi dan referensi, papar Hidayati  lagi, dalam katalog '100 Wonderful Event Indonesia 2018' yang diterbitkan Kementerian Pariwisata, ada 10 acara nasional ditentukan oleh tim kurator sebagai acara pilihan di Indonesia. 

Satu-satunya acara yang terkait musik dalam daftar tersebut adalah 'Java Jazz Festival', festival yang dianggap banyak netizen tak lagi "nge-jazz".

"Kegiatan  ini juga sebagai wujud kepedulian kami pemerintah daerah dalam mendukung pemerintah program pemerintah pusat serta penghargaan terhadap peringatan perayaan Hari Musik Nasional, yang jatuh pada 9 Maret. Tanggal tersebut diambil karena bertepatan dengan hari kelahiran Wage Rudolf (WR) Supratman, sang pencipta lagu kebangsaan 'Indonesia Raya'," pungkasnya. 

Pelaksanaan Musik Etnik 2019 Disbudpar Sumut ini diikuti 10 peserta lokal yang terdiri dari beberapa kabupaten/kota di Sumatera Utara yakn mahasiswa musikologi Universitas Sumatera Utara (USU) Universitas Negeri Medan (Unimed), Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). 

Di antaranya Dr Project, Mineralle,vEl Cocolaci, Scrupture, Senja Bay, Naposo Band, Hour Glass,Green Light, Akar Primitive. (imc/bsk)
Komentar

Berita Terkini