|

Kampoeng Pelangi di Semarang, Kampoeng Multikultural di Medan, Kapan?


INILAHMEDAN - Semarang: Dicap sebagai kampung kumuh, kawasan berbukit itu kini menjadi salah satu tujuan wisata Kota Semarang: Kampoeng Pelangi.

Disebut Kampoeng Pelangi karena rumah-rumah di kawasan Jalan DR Sutomo itu dipoles dengan cat warna warni.

"Dahulunya rumah-rumah di sini sangat kumuh dan rewot," kata Edo, pemandu wisata rombongan wartawan unit Pemko Medan saat berkunjung ke kawasan itu, Rabu (28/11/2018).

Guna menghidupkan kawasan itu, Pemerintah Kota Semarang melakukan pembinaan para pedagang bunga yang telah ada jauh sebelum kawasan itu dinobatlan sebagai Kampoeng Pelangi.

"Dahulunya penataan para pedagang bunga tak beraturan dan juga terkesan kumuh. Tapi saat ini sudah tertata dengan baik dengan mendirikan bangunan kios permanen," terang Edo.

Pada 2012, cerita Edo, Pemerintah Kota Semarang berinisiatif mendongkrak peremonomian masyarakat setempat. Kemudian awal 2017 digelontorkan dana Rp9 miliar bersumber dari APBD untuk pengecatan rumah-rumah warga.

"Rumah-rumah kumuh itu diperindah dengan cat warna warni. Pengecatan dilakukan si pemilik rumah," katanya.

 Lebih dari 300 Kepala Keluarga (KK) yang berdiam di Kampoeng Pelangi. Mata pencaharian mereka sebagai buruh dan pedagang kecil.

Hanya saja kondisi Kampoeng Pelangi yang namanya mulai dikenal wisatawan lokal maupun mancanegara tidak terawat dengan baik. Cat warna warni yang menghiasi dinding rumah warga mulai memudar. Yang terlihat jelas hanya plang Kampoeng Pelangi yang berada di atas bukit.

"Sejak dicat dua tahun lalu belum ada pengecatan ulang. Apakah anggaran pengecatan diusulkan kembali, kita tidak tahu," kata Edo.

Kabag Humas Pemko Medan Ridho Nasution diwakili Kasubbag Humas Hendra Tarigan yang turut serta dalam kunjungan itu mengatakan apa yang dilakukan Pemko Semarang dalam menata kawasan kumuh menjadi destinasi wisata menjadi  inspirasi bagi Pemko Medan untuk diterapkan.

"Kalau kita lihat di Medan, penghuninya ada delapan etnis dengan khas budayanya masing-masing. Slogan Medan sebagai kota multikultural diadopsi karena kota ini dihuni delapan etnis. Siapa tahu Wali Kota kita menginisiasi sebuah kawasan yang dinamai Kampoeng Multikultural. Artinya rumah-rumah warga di kawasan itu disulap sesuai kultur dan budayanya. Jadi setiap rumah menunjukkan khas budayanya," kata Hendra Tarigan. (imc/bsk)
Komentar

Berita Terkini