INILAHMEDAN - Medan: Ratna Nasution merupakan peserta Program Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) dari segmen Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU) atau peserta mandiri kelas 3.
Ratna mengaku program ini merupakan solusi untuk memperingan biaya berobat ke rumah sakit.
"Dengan jadi peserta JKN, ini merupakan solusi bagi saya karena sangat terbantu dengan masalah biaya berobat. Kalau bayar pakai peserta umum sudah berapa biayanya itu," ujarnya, Senin (10/12/2018).
Sejak lama janda beranak satu ini menderita sakit syaraf terjepit pada pinggang dan butuh proses pengobatan panjang dan harus rutin pulang pergi ke rumah sakit selama 1 tahun.
"Awalnya aku merasakan sakit nyeri di bagian tulang pinggang belakang yang tidak kunjung sembuh meski aku bawa ke tukang kusuk. Terus aku datang ke Puskesmas Bandar Khalifa untuk diperiksa dan ternyata di bagian pinggangku yang sakit ini ada syarafnya yang terjepit. Aku harus menjalani perawatan terapi seminggu tiga kali," ujarnya.
Ratna yang kebetulan berjualan minuman di salah satu warung kopi di depan RS Pirngadi Medan meminta rujukan ke rumah sakit tersebut agar lebih menghemat ongkos.
"Kebetulan aku jualan di warkop milik keluarga yang harus berbagi hari untuk jualan dengan adikku di warkop Thamrin. Aku 3 hari jualan, dan 3 harinya lagi adikku. Makanya aku pilih terapi di RS Pirngadi biar lebih menghemat ongkos," katanya.
Penghasilan yang didapatkan Ratna dari berjualan minuman hanya Rp1,2 juta perbulan. Penghasilan itu tentu saja tidak mencukupi untuk pengeluaran bulanan dengan satu anak perempuannya yang masih sekolah.
"Mana cukup uang yang didapat dari jualan. Tiap bulan aku harus membayar uang lampu, uang sekolah anak, belum lagi ongkos angkot aku dan anak, belanja beras dan bayar bulanan BPJS, perorang Rp.25.500 dikali 2 orang. Mana semua harga barang mahal," keluhnya.
Ratna mengaku menjadi peserta BPJS sejak dirinya tidak lagi masuk dalam daftar Jamkesmas dari pemerintah beberapa tahun lalu.
"Dulu aku berobat pakai kartu Jamkesmas, tapi karena katanya kartu Jamkesmasnya sudah tidak berlaku lagi terus aku dan 1 anakku masuk jadi peserta BPJS," katanya.
Meski penghasilan yang serba pas-pasan tidak membuat Ratna telat dalam membayar iuran BPJS.
"Syukurnya aku tak pernah terlambat buat bayar iuran BPJS," katanya. (imc/fat)