INILAHMEDAN - Medan: Korban kebringasan aparat TNI AU mencurahkan dukanya di hadapan anggota DPR RI dan Provinsi usai upacara bendera peringatan HUT ke-71 Kemerdekaan RI di Lapangan Kelurahan Sari Rejo, Kecamatan Medan Polonia, Rabu (17/08/2016).
Sukmawati, 52 tahun misalnya. Warga Linkungan IV Sari Rejo ini mengaku dituduh sebagai provokator pada aksi massa yang dilakukan warga. Dia juga mengungkapkan, pada bentrokan kemarin bukan kali pertama itu dia diancam aparat TNI AU.
"Saya dituduh sebagai provokator dan sempat mau dipukul pakai pentongan. Warung abang saya dirusak. Gelas pecah semua, rokok dijarah," katanya sembari memeragakan bagaimana kejadian tersebut.
Wario, warga lainnya, juga mengungkapkan kesaksiannya. Dia mengatakan, pada pukul 15.30 WIB mobil truk milik Yonkav Armed masuk ke perkampungan warga. Melihat itu, Wario langsung menyelamatkan anak-anak. Dirinya juga melihat bagaimana anggota TNI AU menghancurkan mobil milik warga yang diparkir di garasi.
"Kotak infak masjid juga dihancurkan. Dari dalam Masjid Silaturrahim ada warga yang diseret keluar," katanya.
Lucas, yang saat itu menjemput istrinya tiba tiba dihajar secara membabi buta oleh oknum TNI AU. "Anak baru umur lima tahun juga diinjak-injak," kata Lucas.
Lucas yang sudah menonton video TNI AU yang menghancurkan kotak infak masjid sangat kecewa atas perlakuan aparat militer. "Saya Kristen pak, tapi saya melihat di Youtube, itu gak cocok kalau kayak gitu.
Tak sampai di situ, Yogi, warga Sari Rejo, bercerita peristiwa ketika ia diculik dari rumah tetangganya. Yogi yang saat itu sedang duduk-duduk di rumah Ucok Hasibuan kaget saat pintu rumah didobrak. Dia juga sempat mengetahui nama oknum yang menganiaya.
"Pintu didobrak, saya ditanya anak mana, saya bilang anak sini. Saya dianggap provokator. Saya langsung dihajar seperti binatang. Saya tau namanya. Dia dari POM AU. Saya dibawa. Saya dianggap provokator. Sampai di sana saya disuruh tes urine. Kebetulan hasilnya tidak terbukti. Makin marah mereka. Di situ ada komandannya yang bawa pistol sudah dikokang," beber Yogi.
Kemudian Yogi diserahkan ke Polresta Medan oleh TNI AU. Disana Yogi mengaku diperlakukan baik oleh polisi.
Fani yang masih berusia 16 tahun juga menjadi korban. Ia mengaku ditarik oleh anggota Paskhas. Perempuan yang masih belia ini juga mendapat perlakuan kasar.
Bahkan kebringasan TNI juga menimpa seorang remaja yang cacat secara mental. Chandra Triadi yang didampingi ibunya Sapiun mulai bercerita. Anaknya yang kemampuannya kurang dalam berbicara dihajar di depan rumah makan Wong Solo. Akibatnya Chandra mengalami babak belur. Sapiun mengaku anaknya dihajar oleh TNI AU bermarga Naibaho.
Beberapa kios juga dijarah oleh anggota TNI. Salah satunya milik Sofyan Saragih. Warungnya dibongkar oleh sejumlah prajurit. Rokok dan sejumlah uang diambil dari kiosnya. "Sementara anak kami sampai sakit dan dibawa ke klinik Adinda. Kami mohon bapak DPR RI bisa menindak masalah ini sampai tuntas," ujar Sofyan.
Beberapa saksi dan korban yang lain juga menceritakan kronologis keberingasan TNI AU terhadap warga Sari Rejo. Terpantau di lokasi, ada warga yang datang dengan kondisi mata lebam dan badan yang terdapat luka bekas pukulan.
Saat mendengar kesaksian korban beberapa warga dan Kamtibmas dari Polresta Medan meneteskan air mata. Terlihat polisi tersebut beberapa kali menyeka air matanya.
Mendengar curahan hati warga, Anggota Komisi II DPR RI dari Fraksi PDIP Arteria Dahlan beserta rekan lainnya akan segera memanggil Komandan Lanud Soewondo. "Kita akan panggil komandan Lanud. Kalau memang kejadian itu memang fakta, maka kita minta dicopot itu Danlanud," pungkasnya. (as)