Jalan Desa Babak Belur, Warga Longkib Diserang Sakit Tak Bisa Dijemput Ambulans
INILAHMEDAN - Subulussalam: Jalan desa yang sulit diakses kendaraan roda empat menyebabkan warga Desa Darussalam, Kecamatan Longkib, Kota Subulussalam, terpaksa memboyong warganya yang sakit dengan sepeda motor karena tidak bisa dijemput ambulans.
Ambulans milik Puskesmas Longkib hanya bisa menunggu pasien di lokasi tertentu yang sudah bisa diakses roda empat.
"Kondisi warga di sini sangat memprihatinkan. Apabila ada warga yang sakit atau melahirkan yang ingin dibawa ke rumah sakit, terpaksa harus diangkut dengan sepeda motor akibat jalan menuju Darussalam masih berlumpur," kata tokoh masyarakat setempat, Jidin Tinambunan, kemarin.
Sebagai contoh, kata Jidin, pada Kamis malam sekitar pukul 03:00 WIB dinihari, ada warga yang hendak melahirkan. Saat itu juga pihak desa menghubungi ambulans milik kecamatan agar menjemput warga yang hendak melahirkan tersebut. Namun ambulans hanya bisa menunggu di daerah tanjakan Jahrin.
Mewakili warga setempat, Jidin berharap agar pemerintah bisa menempatkan bidan desa di gampông mereka agar bisa melayani masyarakat sehingga bisa mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan.
“Kami minta kepada pihak terkait untuk bisa mendengarkan keluhan warga ini yang sudah bertahun-tahun masih seperti belum merdeka, akibat jalan dari kecamatan ke gampông masih berlumpur. Akibatnya, warga mau keluar untuk membeli keperluan ke kecamatan harus melewati lumpur," katanya.
Padahal, kata Jidin, hampir tiap tahun saat musrenbang baik tingkat kecamatan dan kota selalu diusulkan pengerasan jalan. Bahkan jalan tersebut juga sudah diusulkan diaspal tetapi tidak pernah diakomodir pihak pemerintah setempat.
”Sepertinya daerah kami dianaktirikan dengan daerah lain," katanya.
Sementara itu, tokoh muda Subulussalam dan Aceh Singkil, Syafriadi, meminta pemerintah memberikan perhatian serius kepada Kecamatan Longkib. Pasalnya, kondisi masyarakat dan perkampungannya masih jauh tertinggal dari daerah lain kibat akses jalan belum layak.
"Peristiwa dialami warga Gampong Darussalam (Kecamatan Longkib) juga dialami desa-desa lainnya yang mendiami pinggiran sungai di kawasan itu.
"Sejak dulu kondisi desa itu belum berubah," kata Syafriadi yang kini menjadi Ketua Forum Pemuda Aceh Singkil Serantau (For Pass).
Warga Kecamatan Longkib dulunya menggunakan transportasi boat melalui sungai dari Rundang jika menempuh perjalanan ke Singkil mencapai 8 jam. Sedangkan ke kota Subulussalam sekitar 20 kilometer, dan sekarang masuknya perusahaan perkebunan sudah terbuka akses jalan, sehingga perjalanan ke Kota Subulussalam ditempuh 2 jam.
"Hanya saja belum diaspal, bila kemarau berdebu dan kalau musim hujan tidak bisa dilalui. Warga setempat sangat bergantung dengan kendaraan perusahaaan yang keluar," ujar Syafriadi.
Syafriadi menjelaskan, ada dua konsentrasi masyarakat di Kecamatan Runding. Yang tinggal di sekitar perkebunan, kebanyakan warga asal Pulau Jawa karena pernah menjadi area transmigrasi, namun akses jalan masih sulit dilintasi.
Sedangkan warga lokal sebagian besar berada di pinggiran sungai.
"Kemungkinan warga yang berada di tepi sungai itu yang mengalami kesulitan, karena selain jauh juga kondisi jalan yang belum layak, sulit dilalui dengan kendaraan biasa,” ujarnya. Wh