![]() |
Yayasan Komunitas Siaga Bencana (KOGANA) menjalin kerja sama strategis dengan Balai Besar BMKG Sumatera Utara.(foto: bsk) |
INILAHMEDAN - Medan: Yayasan Komunitas Siaga Bencana (KOGANA) menjalin kerja sama strategis dengan Balai Besar BMKG Sumatera Utara.
Kerja sama yang diinisiasi Kepala Balai Hendro Nugroho ini tercetus pada acara 'Cofee Morning' di dalam rangka memperluas penyampaian informasi dan diseminasi data iklim serta prakiraan cuaca kepada masyarakat luas.
Salah satu poin utama dari kerja sama ini adalah respons terhadap kebijakan modifikasi cuaca yang dilakukan pemerintah di wilayah Sumatera Utara. Hal ini berkaitan dengan kenaikan suhu rata-rata global sebesar 1,2°C yang di Indonesia - khususnya wilayah Sumut - telah mencapai ambang batas 1,5°C.
Kenaikan ini mendorong BMKG melakukan teknologi modifikasi cuaca sebagai bentuk adaptasi terhadap perubahan iklim ekstrem yang dapat mengancam keberlangsungan hidup masyarakat.
Ketua Kogana Sumut Irwan Supadli mengatakan kolaborasi ini bertujuan untuk memastikan informasi dari BMKG tidak hanya berhenti di level teknis, namun dapat dipahami dan dimanfaatkan secara langsung oleh lembaga sosial, relawan kebencanaan, hingga masyarakat umum.
"Kami mengajak seluruh organisasi sosial dan lembaga masyarakat di Sumatera Utara untuk turut serta dalam menyebarluaskan informasi cuaca dengan memanfaatkan kanal resmi BMKG seperti akun Instagram @infobmkg dan aplikasi BMKG Mobile yang bisa diunduh di Play Store. Jangan sampai kita ketinggalan informasi penting hanya karena gaptek," ungkap Irwan.
Lebih lanjut, kata dia, Kogana juga mengimbau agar pemerintah daerah, baik Pemko Medan maupun Pemprov Sumut serta lembaga perencanaan seperti Bappeda, lebih serius dalam mengacu pada data cuaca dan iklim saat menyusun jadwal pembangunan infrastruktur.
Banyak ditemukan pembangunan drainase dan pengaspalan jalan yang dilakukan pada musim hujan, yang akhirnya berdampak pada rendahnya kualitas pekerjaan dan pemborosan anggaran negara.
"Ini sangat disayangkan. Negara sudah menggelontorkan anggaran besar untuk satelit dan alat deteksi cuaca, tapi diabaikan dalam perencanaan teknis. Kita hanya punya dua musim, kemarau dan hujan, Kenapa malah tidak bisa disesuaikan jadwalnya?" tambahnya.
Dia menekankan bahwa informasi dari BMKG adalah data yang akurat dan sangat vital untuk mendukung berbagai sektor, termasuk ketahanan pangan nasional yang menjadi bagian dari 8 program prioritas Presiden. Jika jadwal penanaman pertanian saja tidak sinkron dengan kondisi iklim, tentu target nasional akan terhambat.
"Harapannya kita semua, baik stakeholder maupun masyarakat umum, harus menghargai informasi yang diberikan BMKG dan menjadikannya bagian dari kebijakan serta gaya hidup. Mari kita jadikan bangsa ini tangguh dengan cara sederhana: jangan abaikan prakiraan cuaca," kata Irwan Supadli. (imc/bsk)