INILAHMEDAN - Nias: Ini sekelumit kisah para penyuluh agama Kristen Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Nias. Berjalan kaki 3 kilometer melewati gunung, menyeberangi sungai, mereka berjibaku melakukan penyuluhan agama kepada masyarakat di wilayah tertinggal, terdepan dan terluar. Mengharukan.
Sudi Agusriang Harefa menyekat jidatnya dengan tangan. Kemeja putih yang dikenakannya basah. Keringat bercucuran.
"Iya, sudah terbiasa," kata Sudi sambil menyeka keringat di wajahnya dengan sapu tangan ketika ditemui di sela-sela perjalannya menunaikan tugas sebagai penyuluh agama Kristen di wilayah tertinggal, Selasa (25/02/2025).
Hari itu, Sudi sudah berjalan kaki sejauh 3 kilometer menuju Desa Loloana'a, Kecamatan Gido, Kabupaten Nias.
Secara geografis, Desa Loloana'a salah satu desa terpencil yang ada di Nias. Jarak tempuh Desa Lolo’ana’a ke Kecamatan Gido kurang lebih 6 Km.
Kondisi jalan menuju desa sangat memprihatinkan. Akses jalan yang bisa dilewati kendaraan baik roda 2 dan roda 4 sekitar 3 Km.
"Selebihnya hanya bisa dilalui dengan jalan kaki," kata Sudi yang pertama kali diangkat menjadi Penyuluh Agama Kristen Non PNS sejak 2019 dan menjadi PPPK pada tahun 2023.
"Kendaraan kami titip di rumah penduduk. Kami harus kuat karena jalan kaki sampai ke desa," katanya.
Ruas jalan menuju desa masih berbatuan dan melewati dua sungai yang sudah diberi titian meski sifatnya darurat.
"Masih ada jalan setapak yang harus dilewati. Rumah-rumah di sini masih berjauhan. Belum ada listrik," katanya.
Bagi Sudi, memberikan penyuluhan agama di Desa Lolo’ana’a menjadi memori yang tidak bisa dilupakan.
“Melayani masyarakat di Desa Lolo’ana’a sangat berkesan. Kami melakukan pembinaan lewat pendekatan agama," ungkapnya.
Hari itu Sudi didampingi rekannya Yuli Darmawati Zai yang ikut melaksanakan penyuluhan.
"Perjalanan ke desa ini penuh perjuangan karena harus melewati gunung dan lembah dengan jalan kaki dan harus melewati sungai," timpal Yuli.
"Akses jalan sungguh menegangkan. Apalagi kalau musim hujan," sambung Elianus Zai, rekan lainnya.
Namun semua itu bukan menjadi penghalang bagi mereka. "Ini dedikasi kami untuk pembinaan agama," ujar Nistuti M Bate’e, teman sejawat lainnya.
Para penyuluh agama telah membuat jadwal rutin. Namun mereka berharap perhatian Pemkab Nias maupun pusat untuk memprioritaskan pembangunan infrastruktur.
"Biar agenda penyuluhan agama bisa lebih mudah dijangkau," kata Nistuti.(imc/bsk)