|

Rudi Irwanto: Lewat Coba-coba Menuju Peluang Berjaya

Masuk dalam tim cabang olahraga (cabor) yang belum popular menjadi keberuntungan tersendiri bagi Rudi Irwanto, atlet petanque Sumatera Utara (Sumut) untuk Pekan Olahraga Nasional (PON) 2024.(foto: bsk) 

INILAHMEDAN - Medan: Masuk dalam tim cabang olahraga (cabor) yang belum popular menjadi keberuntungan tersendiri bagi Rudi Irwanto, atlet petanque Sumatera Utara (Sumut) untuk Pekan Olahraga Nasional (PON) 2024.

Pasalnya, Rudi Irwanto bisa berprestasi dan jadi andalan Sumut lewat cabor petanque. Tidak hanya membawa nama daerah tapi juga negara.

Pun, atlet kelahiran Batubara, 28 Februari 1993 ini tak menampik memilih cabor petanque awalnya hanya coba-coba hingga melihat ada peluang besar untuknya berjaya.

Di petanque, Rudi mendapati fakta tak banyak persaingan seperti olahraga yang ditekuninya di awal.

Ya, alumni mahasiswa Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi (PJKR) Universitas Negeri Medan (Unimed) Stambuk 2013 ini, awalnya ingin jadi atlet atletik.

"Dulu awalnya atlet atletik, nomor 5000 meter, 10.000 meter. Terakhir main di Porprov tahun 2014. Namanya atlet kan kepingin main di PON. Karena di atletik persaingan keras," ujarnya saat ditemui usai latihan di Lapangan Petanque di Unimed.

Pada suatu hari, dia melihat rekannya latihan petanque di kampus. Dia diajak, kemudian serius latihan dan akhirnya masuk dalam tim petanque Sumut.

"Ada cabor baru ini, coba-coba. Awalnya cuma lihat teman latihan. Saat semester V kuliah, kawan ajak saya gabung, kemudian setelah ada seleksi Pekan Olahraga Mahasiswa Nasional (POMNAS) saya ikut, lolos," kenangnya.

Dia pun meninggalkan atletiknya dan fokus ke petanque, kemudian berikutnya memperkuat Sumut di Kejurnas.

"Ikut terus latihan, ikut Kejurnas, awalnya ikut eksebisi PON di Jawa Barat, Kejurnas ada beberapa kali, pernah ikut seleksi SEAGames beberapa kali tapi enggak lolos karena kurang beruntung," jelasnya.

Rudi juga turut menyumbangkan satu emas dan satu perak di Pra PON Jakarta untuk PON Papua 2020.

"Di olahraga ini banyak peluang, peluang saya untuk berprestasi lebih besar dibanding olahraga lain. Karena di Sumatera Utara, olahraga ini belum banyak peminat," akunya.

Untuk persiapan di PON 2024 Sumut-Aceh, Rudi terus berlatih bersama rekan-rekannya. Bahkan, latihan jadi super ekstra, karena venue yang semula di Sumut dipindahkan ke Aceh.

"Kemarin alhamdulillah tuan rumah, berpikir suporter atau yang dukung lebih banyak, rupanya pindah ke sana (Aceh). Kita berjuang lagi dengan porsi latihan nambah dari pagi, sore dan malam individu di Sekolah Tinggi Olahraga & Kesehatan (STOK) Binaguna," sebutnya.

Untuk PON 2024, Rudi mengatakan rivalnya adalah atlet Jawa Timur yang sebelumnya jadi partner-nya di Kejuaraan Asia atau Asia Cup tahun 2023, dimana mereka dapat perunggu.

"Karena sudah pernah partner, sudah tahu cara mainnya. Berpikir positif saja, fokus latihan agar bisa bertanding dengan baik. Di PON 2024, sudah siap tempur," tuturnya.

Dia berharap bisa memberikan medali untuk Sumut di PON 2024. "Harapan di PON 2024 bisa memberikan medali emas biar bisa membanggakan orang tua, keluarga," sebutnya.

Di balik perjalanannya menjadi atlet petanque, Rudi seyogiyanya memiliki cerita cukup mengharukan.

Baru menikah selama lima bulan, Rudi juga menjalani aktivitas sebagai driver ojek online (Ojol) di waktu libur atau senggang latihan persiapan PON 2024.

"Saat ini fokus di atlet, tapi sambil ada waktu senggang saya jadi driver Ojol. Seringnya seminggu sekali saat ada jadwal libur latihan. Kalau pulang latihan pagi jam 11.00 WIB, sempatkan waktu sebentar untuk narik (driver Ojol) untuk ngisi waktu luang juga," ucap warga Tanjung Mulia ini.

Rudi biasanya hanya mengambil layanan antar jemput makanan atau Gofood. Dia memilih ini karena tidak terlalu merepotkan dibanding antar penumpang.

Pun, menjadi driver Ojol bukan saat ini saja dilakoninya. Rudi sudah menjadi menjalaninya saat masih kuliah, desakan ekonomi jadi faktor utama.

"Sudah lama, awal dari kuliah sudah ngojek. Karena kebutuhan, karena dari orang tua enggak cukup untuk kebutuhan sehari-hari, orang tua dulu buat batu bata, sekarang setelah saya lulus kuliah tidak buat lagi," ungkapnya.

Bungsu dari empat bersaudara ini juga sempat menetap dengan menumpang di kantor lurah Medan Perjuangan agar dekat dengan kampus dan bisa tetap ngojek sambil kuliah.

"Dulu, hidup saya numpang-numpang di Kantor Lurah Medan Perjuangan, ada kawan yang ngenalin sama lurahnya, sampai wisuda di situ saya tinggalnya," kenangnya.

Dari perjalanan hidupnya ini Rudi berharap jadi motivasi buat yang lain untuk semangat. "Jadi motivasi, apapun kendala bisa dijalani selama mau bekerja keras," pungkasnya.(imc/bsk) 

Komentar

Berita Terkini