|

DPRDSU Minta DLH Tindak Perusahaan Penghasil Limbah di Sei Mencirim

Anggota DPRD Sumut Jafaruddin Harahap

INILAHMEDAN - Medan: Anggota DPRD Sumut Jafaruddin Harahap meminta Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Provinsi Sumut menindak tegas perusahaan yang membuang limbah di sembarangan tempat.

Salah satu perusahaan penghasil limbah yang dianggap telah meresahkan masyarakat adalah PT Damai Abadi di Jalan Sei Mencirim Dusun II Desa Paya Geli Kecamatan Sunggal, Deliserdang.

"Limbah perusahaan pengolahan alumunium ini, sebagaimana laporan masyarakat kepada dewan cukup meresahkan. Dampak limbah itu mengakibatkan atap rumah warga sampai menghitam," kata Jafaruddin usai menghadiri rapat paripurna Laporan Kegiatan Reses Anggota DPRD Sumut tahun sidang I 2019 - 2020, Selasa, (23/06/2020).

Dalam laporan reses DPRD Sumut Dapil III Kabupaten Deliserdang, politisi Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Sumut ini meminta Pemerintah Deliserdang memberikan sanksi dan tindakan tegas kepada pengusaha PT Damai Abadi karena usaha tersebut selama ini telah membuat polusi udara yang sangat mengganggu kesehatan masyarakat sekitar Dusun I, II, dan III di wilayah itu.

"Temuan ini akan menjadi prioritas bagi anggota DPRD Sumut khususnya Dapil III Deliserdang," tegas Jafaruddin.

Apalagi, kata anggota Komisi E ini, keluhan ini sudah cukup lama. Bahkan protes juga telah pernah dilakukan warga sekitar dengan berunjuk rasa di depan lokasi perusahaan. Namun tidak ada respon dari pihak pengusaha maupun instansi pemerintah yang berwewenang.

Sementara itu, Kepala Dusun II Desa Paya Geli, Syahril yang dihubungi wartawan, sangat berharap keluhan warganya tersebut bisa mendapat respon.

"Kami berharap wakil rakyat di DPRD Sumut mendengar aspirasi warga Desa Paya Geli yang sudah cukup lama menderita akibat limbah PT Damai Abadi," katanya.

Perusahaan pengolahan alumunium yang sudah puluhan tahun beroperasi itu, kata Syahril, kerap menyebarkan aroma tak sedap di wilayah sekitar jika saat musim hujan.

"Saya menduga polusi udara akibat limbah yang dihasilkan juga cukup tinggi, mengakibatkan pohon-pohon pisang mengering, dan air Sungai Krio menghitam," tuturnya.

Ironisnya lagi, daun-daun pisang merupakan salah satu mata pencaharian pokok warga sekitar.

"Jadi selain polusi udara, mata pencarian warga juga terganggu," katanya.(imc/bsk)
Komentar

Berita Terkini