|

Jurnalis Harus Memiliki Perspektif Gender Dalam Peliputan


INILAHMEDAN - Medan: Perspektif gander merupakan hal penting dalam peliputan. Perempuan dan anak harus memiliki tempat yang sama, bukan hanya sebagai pelengkap. Sayangnya, di dunia pers, hal ini justeru belum menjadi perhatian.

Hal ini dikatakan Uni Lubis dalam acara pertemuan pelatihan tentang isu gender dan anak bagi SDM Media di Provinsi Sumatera Utara oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan & Perlindungan Anak RI di Medan, Rabu (14/08/2019).

Uni menegaskan, dalam newsroom atau ruang redaksi, pimpinan redaksi bukan kekuasaan absolute sehingga jurnalis harus bisa menuangkan gagasannya agar dalam pemilihan anggel berita tetap berpegang dengan perspektif gender.

"Sayangnya, jurnalis khususnya jurnalis perempuan kalau sudah di news room enggan berdebat yah, emang sulit. Media memang harus introspeksi diri soal perspektif gender ini dan wartawan jangan jadi wartawan salon. Empati itu harus dipakai oleh jurnalis, karena akan membuat tulisan lebih tajam dan berhati-hati," katanya.

Tanpa perspektif gender dalam meliput kejahatan asusila, maka jurnalis cenderung untuk memberitakan secara serampangan. 

"Contohnya dalam menuliskan identitas korban, menggunakan diksi yang salah dan akhirnya membuat perempuan menjadi korban untuk kedua kalinya setelah perlakuan kejahatan yang dialami," katanya.

Tanpa perspektif gender dalam meliput konflik, jurnalis akan terperangkap dalam perang kata-kata antar elit yang membuat solusi damai menjadi utopia. Perempuan dalam konflik akan digambarkan sebagai pihak yang lemah, tak berdaya, pelengkap penderita.

Tanpa perspektif gender dalam meliput bencana misalnya, jurnalis akan fokus hanya kepada melaporkan kebutuhan makanan yang biasanya dijawab dengan memasok beras mie instan dan pakaian bekas. Padahal perempuan dan anak-anak di pengungsian memerlukan lebih dari itu hal-hal yang spesifik.

"Kalau masalahnya kembali lagi dengan kantor untuk urusan bisnis, maka wartawan bisa mencari orang atau tokoh yang disegani untuk menyampaikan hal ini. Mungkin bisa dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak memberikan edukasi. Makanya penting ada pelatihan-pelatihan isu gender untuk jurnalis, pimred khususnya yang laki-laki karena memang dunia pers masih dikuasai oleh laki-laki," tandasnya. (imc/fat)
Komentar

Berita Terkini