|

Kota Medan Penderita Terbanyak Kasus DBD di Sumut


INILAHMEDAN - Medan: Data kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Sumatera Utara selama 2018 sebanyak 5713 penderita, 25 di antaranya meninggal dunia.

Dari jumlah tersebut, penderita DBB terbanyak berasal dari Kota Medan sebanyak 1490 orang dan 13 di antaranya meninggal dunia. Kemudian menyusul Deliserdang sebanyak 987 penderita. Namun tidak ada yang meninggal.

Sekretaris Dinkes Sumut Ridesman mengatakan Kota Medan memang endemis DBD. Hal ini terkait dengan pengelolaan kesehatan lingkungan yang belum optimal, di samping perilaku masyarakat dalam pencegahan DBD masih perlu ditingkatkan.

Dikatakannya, setelah Kota Medan, Kabupaten Deliserdang menempati urutan kedua dan ketiga Kabupaten Langkat. Tentunya karena dua daerah ini bersebelahan sehingga memudahkan terjadinya penyebaran penyakit ini.

"Karenanya saya menyarankan
masyarakat bersama-sama dengan pemda harus seiring sejalan dalam memperbaiki faktor lingkungan, termasuk penguatan pada aspek regulasi dan penegakan sanksinya," katanya, Jumat (01/2/2019).

Menurutnya, penanganan masalah DBD bukan semata masalah kesehatan. Jadi harus kolaborasi semua stakeholder dalam penanggulangannya.

Sementara Kasi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinkes Sumut Yulia Maryani mengatakan penyebaran DBD yang vektornya nyamuk aedes agypti ini salah satunya dipengaruhi dengan jumlah penduduknya. Semakin banyak jumlah penduduk maka perindukan nyamuknya semakin banyak.

"Faktor utama perilaku hidup bersih, karena nyamuk tersebut suka di daerah yang air bersih seperti bekas air tampungan kulkas, dispencer, bak mandi. Di sini kadang masyarakat kurang waspada," sebutnya.

Ia juga menerangkan ada 5 besar jabupaten kota yang endemis DBD berdasarkan angka kejadian.  Yaitu Sibolga, Tebingtinggi, Binjai, Gubung Sitoli dan P Siantar. Sedangkan 5 besar berdasarkan jumlah kasus yaitu Medan, Deliserdang, Langkat, Simalungun dan Binjai.  

"Hal itu karena jumlah penduduknya banyak. Seperti Deliserdang yang daerahnya berbatasan maka nyamuknya bisa pindah," ucapnya.

Selain itu, kata dia, sifat nyamuk Aedes itu bereaksi mulai pagi hari jam 09.00 sampai 15.00 sore. Di waktu tersebut, banyak anak-anak yang kena DBD di bawah usia 14 tahun. Hal itu karena anak-anak banyak berada dil uar rumah.

"Dari data ini, anak-anak usia di bawah 14 tahun dan ternyata terjangkit di luar rumah. Jadi walau di rumah bersih kemungkinan besar anak-anak terjangkit di luar rumah," katanya.

Dijelaskannya, 1 nyamuk akan menetaskan ratusan telur dan masa hidupnya selama 4 minggu. Hal ini juga yang menyebabkan banyak kasus DBD.

"Lakukan 3M Plus yaitu menguras, menutup mengubur dan plusnya yaitu menanam tumbuhan pengusir nyamuk seperti bunga lavender, serei dan memelihara ikan pemakan jentik. Jadi yang dibasmi jentiknya jangan sampai terbentuk nyamuk," sebutnya. (imc/fat)
Komentar

Berita Terkini