|

Bisnis Bos Matahari Dimulai dari Utang Rp1 Juta ke Mertua

Hari Darmawan

INILAHMEDAN - Jakarta: Kepala Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan pemilik Taman Wisata Matahari Hari Darmawan yang ditemukan tewas di Sungai Ciliwung, Jumat (09/03/2018), diduga terperosok saat sedang melihat arus sungai.

Sebelum memiliki Taman Wisata Matahari, Hari Darmawan adalah pemilk toko ritel raksasa Matahari Departement Store. Dia sudah menjual Matahari kepada Lippo Group.

Sejak kecil Hari Darmawan adalah sosok yang sudah akrab dengan dunia bisnis. Disaat usianya lima tahun, Hari sudah melihat usaha yang dijalani oleh keluarganya bangkrut. Setelah menyelesaikan pendidikan SMA di tanah kelahirannya, Makassar, Hari merantau ke Jakarta.

Pria kelahiran 27 Mei 1940 ini pun bertemu dengan jodohnya, Anna Janti, putri pemilik toko serba ada di kawasan Pasar Baru, Jakarta. Hari menikahi Anna saat berusia 18 tahun. Mereka dikaruniai tiga orang anak yakni Susiawati, Herman dan Susan Darmawan.

Bisnis Hari diawali saat dia nembeli toko milik mertuanya seharga Rp1 juta dengan cara cicil. Toko yang menjual baju impor dan buatan istrinya tersebut dinamai Mickey Mouse dengan brand MM Fashion.

Kemudian pada 1968, Hari berhasil membeli toko yang menjadi saingan beratnya dan memberi nama Matahari yang kemudian berkembang menjadi Matahari Departement Store pada 1990-an.

Pada 1996, saat berada di puncak popularitasnya, Hari menjual Matahari Departement Store ke bos Lippo Group James Riady. Ia pun menjadi Presiden Direktur Matahari Departement Store hingga 2001.

Berdasarkan informasi seperti yang dilansir Tempo, banyak spekulasi yang beredar ihwal penjualan tersebut. Mulai Hari yang terlilit utang dengan Lippo Group sampai strategi James Riyadi karena perkembangan Matahari membuat bisnis ritel Amerika yang ia bawa ke Indonesia, Wal-Mart, merugi.

Seperti dilansir Tempo, Hari mengaku tidak menyesal atas keputusannya itu. Menurut mantan Wakil Ketua Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) ini, kerusuhan tahun 1998 merupakan pertanda baginya untuk menjual perusahaannya itu. (***/imc)





TEMPO

Komentar

Berita Terkini