Ustazd Tgk M Masrul. (foto : dok)
INILAHMEDAN - Banda Aceh : Pengasuh Ponpes Babul Maghfirah, Ustazd Tgk M Masrul Aidi mengungkap mengapa Aceh menjadi provinsi dengan angka kasus pemerkosaan tertinggi di Indonesia.
Seperti dikutip dari Serambinews.com pada Jumat (12/07/2024), berdasarkan data BPS bertajuk Statistik Kriminal 2023 menunjukkan, Aceh menjadi provinsi dengan kasus tertinggi angka pemerkosaan di Indonesia, mencapai 135 kasus.
Menurutnya, tingginya kasus pemerkosaan itu disebabkan oleh beberapa hal. Di antaranya, anak-anak muda sulit menikah karena tingginya mahar serta budaya berlomba-lomba menggelar resepsi perkawinan dengan megah dan mewah di Aceh.
Setelah biaya menikah mahal, kemudian hasrat seksual tidak dipecahkan dan peluang pergaulan bebas mulai terbuka luas.
Terlebih khususnya anak-anak muda di Banda Aceh sekitarnya, didominasi anak-anak kos yang sedang menjalani pendidikan dan jauh dari pantauan keluarga.
Selain itu, dia mengungkapkan pula tentang tingginya angka kasus pemerkosaan di Aceh karena tidak adanya tempat lokalisasi bersamaan dengan sulitnya untuk menikah.
" Mungkin di luar Aceh mereka masih punya solusi, prostitusi terbuka, ada lokalisir mereka bisa lampiaskan,” ungkapnya.
Pengasuh salah satu Ponpes terbesar di Aceh Besar itu juga mengingatkan kenapa Nabi Saw memotivasi anak-anak muda yang sudah mampu berkeluarga agar segera menikah.
Jika belum siap secara ekonomi, maka solusi memecah syahwatnya dengan memperbanyak puasa.
" Syahwat ini sudah naluriah, salurkan secara agama," jelasnya.
Dia sangat berharap, budaya menikah sederhana sudah bisa dikampanyekan dan dimulai oleh guru-guru dari kalangan para ulama.
" Dari kalangan para ulama, memberikan contoh begitu melihat calon menantu sesuai, dimudahkan emas kawinnya dan dipublikasi bahwa anak abu pulan ketika menikah dulu hanya satu mayam emas," imbuhnya.
Selanjutnya, Pengasuh Pondok Pesantren Babul Maghfirah itu juga menjelaskan akar masalah maraknya kasus ‘open BO’.
Penyebab utama prostitusi, katanya, disebabkan oleh gaya hidup yang tinggi, serta bermasalahnya akhlak.
Oleh karenanya, gaya hidup anak-anak perlu diawasi dan orang tua mesti mengajarkan mereka tampil sederhana sejak dalam ruang lingkup keluarga.
Sebab, bila mengedepankan hedon dan ingin tampil eksis, sementara berasal dari keluarga yang prasejahtera, potensi tergiur pekerjaan haram seperti prostitusi menjadi sangat tinggi.
Terlebih bila akhlak sudah rusak akibat pacaran dan pergaulan bebas, kemudian sudah terlanjur melakukan seks di luar nikah.
" Kalau pada si fulan saja yang hanya tawarkan minuman, saya sudah bisa serahkan keperawanan, kenapa saya tidak tawarkan ke bapak fulan yang bisa kasih HP,” tutur Ustaz Masrul.
" Nauzubillah ini mentalitas akhlak," tambahnya.
Dia menekankan, hal terpenting yang semestinya ditingkatkan bukanlah eksistensi di masyarakat melalui penampilan hedon, melainkan dengan meningkatkan kualitas diri, kemampuan berkomunikasi serta akhlak yang baik.
Sedangkan bagi yang sudah berkeluarga, dia menyarankan perbanyak interaksi dan menciptakan momen-momen romantis antara suami istri.
Berusaha selalu meluangkan waktu untuk hal-hal sederhana seperti makan malam bersama, jalan-jalan dan segala hal yang sifatnya memperkuat hubungan antar keduanya. (imc/***)