Federal Atlet Barongsai Indonesia (FOBI) Sumut terus memantau persiapan para atletnya yang akan bertanding pada Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI tahun 2024 Aceh-Sumut.(foto: bsk) |
INILAHMEDAN - Medan: Federasi Atlet Barongsai Indonesia (FOBI) Sumut terus memantau persiapan para atletnya yang akan bertanding pada Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI tahun 2024 Aceh-Sumut.
Selain latihan, para atlet juga diikutkan pada try out dan kejuaraan skala nasional maupun internasional.
Perry Iskandar selaku Pengawas Pendamping (Wasping) cabang olahraga (cabor) Barongsai PON Sumut dari KONI Sumut mengatakan, tidak hanya lokal, kompetisi tingkat dunia juga menjadi ajang yang diikuti demi pematangan diri para atlet.
"Kita ada ikuti kejuaraan dunia di Malaysia bulan Agustus, kemudian kita ada ikuti kejuaran-kejuaraan dan try out lain. Di Malaysia memang belum ada hasil, tapi pengalaman baru didapat atlet-atlet kita di ajang itu," ujar Perry, Sabtu (16/12/2023).
Seperti diketahui, ada 4 nomor barongsai yang dipertandingkan pada PON 2024 mendatang, yakni, Naga Taou Bebas dan Naga Kecepatan, Barongsai Tradisional, Barongsai Taolu Bebas, serta Pekingsai Taolu Bebas, Pekingsai Kecepatan. Empat cabor tersebut memperebutkan 10 medali emas.
Dari 10 medali emas yang diperebutkan, FOBI Sumut menargetkan meraih enam medali, meliputi, 3 medali emas, 2 perak, dan 1 perunggu. Syukurnya, arena pertandingan akan digelar di Medan menjadi keuntungan bagi tim FOBI Sumut.
Tidak hanya tim dari Pulau Jawa seperti DKI Jakarta dan Jawa Tengah, menurut Perry, saat ini, Aceh juga melakoni persiapan cukup signifikan. Menurutnya, tim yang menjadi tuan rumah bersama Sumut di PON 2024 itu akan menjadi tim yang perlu diperhitungkan.
"Memang kalau kita lihat sekarang petanya, beberapa daerah cukup kuat itu seperti DKI, Jawa Tengah. Aceh sendiri cukup baik, termasuk saat kita buat kejuaraan di Medan, malah tim Aceh yang hampir meraih juara umum. Aceh sendiri sudah cukup baik persiapannya, malah lebih awal dari pada kita," ungkapnya.
"Kita punya satu tim malah Aceh turunkan tiga tim, dengan tiga tim lebih berpeluang menyeleksi atlet. Kalau kita punya atlet satu tim mau tak mau itu saja. Kalau mereka sudah terbentuk tiga tim sebelumnya, persiapan mereka termasuk bagus, mereka termasuk diperhitungkan sebagai salah satu tuan rumah," ucapnya.
Di sisi lain, Perry juga menyebut kendala yang dialami dalam persiapan para atlet.
"Kendala memang di sini saya melihat ini semua yang bertanding satu klub, bukan seperti sepakbola yang kita bisa ambil klub masing-masing satu dua pemain ini tak bisa. Mereka harus berlatih bersama, setiap disiplin masing-masing satu klub. Jadi untuk menggabungkan pemain berbakat itu belum bisa," ujarnya.
Selain itu, tempat pelatihan yang terpisah pada masing-masing disiplin sedikit menyulitkan untuk berkoordinasi. FOBI Sumut kata Perry, harus berkoordinasi langsung dengan pemilik klub untuk memberikan masukan terhadap atlet.
"Mereka berlatih tempatnya masing-masing, seperti naga bersama TNI Angkatan Udara, tradisional di Tandem. Bilamana kita ingin memberikan masukan harus melalui pimpinan mereka, pemilik klub sebagai atasannya, bersifat eksklusif," ucapnya.
Perry juga menambahkan, perkembangan barongsai juga menjadi fokus seperti memperbarui peralatan dan kostum untuk meningkatkan performa atlet. Inovasi-inovasi terbaru dalam pembuatan kepala naga yang lebih ringan dan kostum yang menarik diharapkan dapat memberikan keunggulan kompetitif bagi tim barongsai Sumut.
"Peralatan ada saja karena teknologi dari pada barongsai ini kan berkembang. Contohnya kepala naga, rupanya kepala naga ini lebih ringan tentu dalam permainan tersebut dia lebih lincah. Ataupun dia punya kostum kita menggunakan kostum yang menarik karena bisa menambah poin," ujarnya sembari menambahkan, telah memohonkan agar ada pembaruan kepada pihak terkait seperti Pemprov Sumut dan KONI Sumut.
“Jadi kita terus memantau kebutuhan para atlet dan berupaya untuk dilengkapi,” pungkasnya.(imc/bsk)