|

Penjualan Ritel Indonesia Tarik Perhatian Pengusaha


INILAHMEDAN - Medan: Penjualan ritel di Indonesia menjadi menarik perhatian para pengusaha meski rupiah memasuki pekan perdagangan baru dalam tekanan jual yang semakin besar. 

Bahkan kurs rupiah merosot ke level terendah baru dalam dua dekade terhadap Dolar AS di level 15248. 

Research Analyst Forextime Indonesia, Lukman Otunuga, mengatakan, berbagai faktor menyebabkan sentimen investor terhadap pasar semakin meredup dalam beberapa pekan terakhir. Termasuk perkembangan situasi dagang, ekspektasi kenaikan suku bunga AS, dan apresiasi dolar. 

Walau depresiasi signifikan rupiah sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal, namun dampak negatifnya dapat merambat ke ekonomi Indonesia.

"Perlu diperhatikan bahwa penurunan signifikan kurs rupiah dapat memberi tekanan semakin besar terhadap utang luar negeri Indonesia. Kenaikan suku bunga AS dan apresiasi dolar memukul negara dengan defisit transaksi berjalan dan uang luar negeri, sehingga rupiah Indonesia tetap berada di posisi yang tidak menggembirakan," katanya, Selasa (10/10/2018).

Dikatakannya, ekspektasi semakin besar bahwa Bank Indonesia akan meningkatkan suku bunga di kuartal ini guna menolong rupiah dan menghambat arus keluar modal. 

Walau demikian, kata dia, langkah ini mungkin tidak terlalu membantu rupiah, terutama meninjau bahwa BI sudah meningkatkan suku bunga sebanyak lima kali sejak pertengahan Mei tahun ini.

"Investor akan tetap sangat memperhatikan rilis data penjualan ritel bulan Agustus yang dapat memberi wawasan mengenai keadaan ekonomi Indonesia. Data penjualan ritel yang baik dapat meningkatkan sentimen terhadap ekonomi Indonesia dan mendukung rupiah, namun peningkatan akan tetap terancam oleh faktor eksternal," ujarnya.

Dolar yang menguat dapat mengangkat pasangan mata uang ini ke level yang tak pernah tersentuh sejak krisis keuangan 1998 yaitu 15280.

"Sementara dolar yang menguat secara umum mengakibatkan penurunan harga emas di kisaran $1193. Aksi harga logam mulia ini tetap berkorelasi negatif dengan Dolar AS," pungkasnya. (imc/fat)
Komentar

Berita Terkini