\Sebidang ruang dipercaya banyak orang memiliki lorong-lorong bawah tanah yang terhubung ke beberapa bagunan bersejarah seperti Istana Maimoon, kediaman Tjong A Fie hingga tembus ke Sungai Deli. Berukuran 3 x 3 meter, berlantai keramik, berpintu besi, aroma mistis muncul di sela-selanya.
"Tolong diambil fotonya. Biar saya saja yang mencoba turun," kata seorang wartawan media online kepada rekan wartawan lainnya setiba di areal ruang bawah tanah di bekas gedung Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) yang kini menjadi kantor Forum Komunikasi Putra Putri TNI/Polri (FKPPI) dan Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) di Jalan Ahmad Yani VII, Jumat sore pekan lalu.
Gedung yang lumayan besar, bertingkat, dan cukup luas, itu sangat kumuh karena tak terawat. Aroma lembab begitu terasa ketika memasuki gedung yang berasitektur zaman Belanda tersebut. Gedung itu berdempetan dengan gedung-gedung lainnya yang juga bekas peninggalan Belanda.
"Ini dia tempatnya," tunjuk seorang pria berinisial RM yang mengaku sudah tujuh tahun berkantor di bangunan tua tersebut.
![]() |
Ruang bawah tanah di sebuah gedung tua di Jalan Ahmad Yani VII. Kumpulan asap mirip bayangantertangkap kamera wartawan saat mengabadikan pintu masuk ruang bawah tanah tersebut. (foto: bsk) |
Ruang bawah tanah itu berada persis di tengah gedung. Menuju ke sana, perlu menuruni anak tangga yang sedikit dipenuhi lumut di kiri kanannya sepanjang 3 sampai 4 meter. Namun ruangan tidak serta merta bisa dimasuki karena ditutupi pintu besi setebal 20 centimeter.
Kondisi ruangan hanya bisa diintip dari celah-celah pintu besi yang rusak. Ketika diintip, ruangan itu sangat gelap. Isi ruangan akhirnya diketahui ketika disenter. Berlantai keramik warna putih, ruangan itu berdinding beton.
"Sampai sekarang belum ada yang berani masuk," ujar Azhar, Kasubag Program Dinas Kebudayaan Pemko Medan yang mendampingi Suherman, Kadis Kebudayaan Pemko Medan, ketika meninjau ruang bawah tanah tersebut bersama wartawan.
Dinas Kebudayaan (Dulunya Dinas Pariwisata dan Kebudayaan), kata Azhar, pernah masuk ke ruang bawah tanah itu pada 1995. Ruangan itu berukuran 3 x 3 meter. Saat itu memang terjadi keanehan. Di dalam ruangan ada lampu merek Bosch yang masih menyala.
"Yang bikin kami heran, kenapa lampu itu masih menyala. Kami juga gak tau darimana aliran listriknya," kata Azhar.
Azhar sepertinya tidak mendapat laporan siapa sebelum mereka yang masuk ke ruang bawah tanah itu. Menurut dia, ruang bawah tanah itu mirip bungker penyimpanan.
"Kabarnya, masih ada ruang berbentuk lorong di dasar bangunan ini. Desas-desus yang saya dengar, terowongan itu bisa menembus Sungai Deli, kediaman Tjong A Fie, bahkan katanya sampai ke Istana Maimoon dan gedung-gedung peninggalan Belanda lainnya," ujar Azhar.
Sejak ruang bawah tanah itu dimasuki pada 1995, Azhar mengaku tidak ada lagi yang orang yang berani masuk kembali. Namun Azhar enggan menyebut alasannya.
"Iya, semua orang di sini juga gak berani mendekat apalagi masuk," timpal RM.
RM menolak ketika diajak menuruni tangga menuju ruang bawah tanah itu. "Terus terang saya gak berani. Kawan-kawan di sini juga pada takut. Kami gak mau ambil resiko," ujar RM.
Beberapa pengunjung juga tak berani mendekati ruang bawah tanah tersebut. Mereka hanya mengamati dari atas dan bentuk arsitektur gedung yang kental dengan nuansa Eropa.
"Saya juga penasaran seperti apa sebenarnya ruangan bawah tanah ini. Bagaimana sejarahnya. Apakah benar ruangan ini memiliki lorong-lorong seperti banyak yang diceritakan orang. Ada juga yang bilang ruang bawah tanah itu tempat penyimpanan," kata RM.
Dinas Kebudayaan Medan sepertinya tidak ingin tergesa-gesa memastikan kalau ruang bawah tanah tersebut memiliki lorong-lorong yang menembus gedung-gedung peninggalan Belanda.
"Kalau dilihat, cuma ruang bawah tanah saja. Kita belum tau apakah ruangan itu memiliki lorong-lorong. Kok diperhatikan, ruangan itu berdinding beton. Begitu pun perlu diteliti kembali untuk memastikannya," kata Kepala Dinas Kebudayaan Medan, Suherman yang sempat menuruni anak tangga mendekati ruang bawah tanah yang berpintu besi tersebut.
Apakah ruang bawah tanah itu sudah ada sebelum bangunan tua itu didirikan? Sejarawan Universitas Negeri Medan (Unimed) Ichwan Azhari juga tidak mengetahuinya.
"Setahu saya, bangunan itu merupakan supermarket pertama di Kota Medan bernama Waren Huis. Tapi saya gak tau persis kapan supermarket itu diresmikan," kata Ichwan.
Bangunan itu, kata dia, berarsitektur Jerman dan berbeda dengan perkataan orang kalau bangunan itu peninggalan jaman Belanda.
"Biasanya bangunan berasitektur Jerman memiliki ruangan bawah tanah. Tapi kalau disebutkan ruang bawah tanah itu adalah semacam terowongan bawah tanah, saya belum pernah melakukan penelitian," kata Ichwan.
Ichwan siap jika ditunjuk menjadi satu di antara tim peneliti kebenaran terowongan bawah tanah tersebut. Menurut dia, keberadaan gedung dan ruang bawah tanah itu perlu dijadikan cagar budaya. "Melihat kondisi gedung saat ini, sangat tidak terawat dan berlumut. Jika gedung itu, rubuh, itu artinya jejak sejarah Kota Medan akan hilang satu-persatu," katanya.
Lorong bawah tanah yang berada di tengah gedung tua itu juga tidak tercatat di website resmi Pemko Medan yakni www.pemkomedan.g.id. Di sana hanya dijelaskan mengenai keberadaan gedung Waren Huis yang diresmikan Wali Kota Medan pertama, Daniel Baron Mackay pada 1919. Arsitek Waren Huis merupakan pria berkebangsaan Jerman, G Bos.
Ichwan mengaku pernah mengusulkan ke Pemko Medan yang saat itu Wali Kota dijabat Rahudman Harahap sebagai museum Kota Medan. "Usulan itu sudah saya serahkan lima tahun lalu," katanya.
Bangunan Waren Huis berada persis di persimpangan Jalan Ahmad Yani dan Jalan Hindu. Lokasinya tak jauh dari Balai Kota dan kantor DPRD Medan. Di sekelilingnya juga berdiri bangunan bersejarah lainnya. Bangunan ini pernah terbakar pada 2013.
Bangunan Waren Huis masuk dalam daftar aset Pemko Medan. Di tengah gedung, ada tangga menuju bawah tanah yang di dalamnya terdapat sebuah ruang yang katanya memiliki lorong dan terhubung ke bangunan sejarah lainnya. Beberapa wartawan mencoba mengabadikan ruang bawah tanah tersebut beserta pintu besi kokoh yang menutupinya. Tanpa ada kesengajaan, hasil jepretan kamera seorang rekan wartawan tertangkap bayangan putih berbentuk asap. (bambang sri kurniawan)