![]() |
ilustrasi |
INILAHMEDAN - Paris: Ini terobosan menakjubkan! Asgardia, negara antariksa pertama akan dibangun. Nama negara ini terinspirasi dari tempat tinggal Dewa Thor.
Peminat untuk menjadi warga negara Asgardia cukup banyak. Per Rabu, 26 Juli 2017, sebanyak 6.505 warga Indonesia sudah mendaftarkan diri ke ke negara antariksa tersebut. Sebanyak 84 persennya merupakan laki-laki. Dan 16 persen sisanya perempuan. Jumlah tersebut dapat dilihat di halaman situs asgardia.space.
Hingga kini, sudah ada 275.246 orang dari seluruh dunia mendaftarka diri sebagai warga negara Asgardia. Angka tersebut akan terus meningkat mengingat pendaftaran masih tervs dibuka.
Sejak diumumkan oleh sekelompok miliuner Rusia dan ilmuwan Paris, Prancis pada Oktober tahun lalu, antusiasme yang tinggi itu menuntut pengelola Asgardia mengubah konstitusi seleksi warga.
Seperti dikutip dari laman situs asgardia.space yang dilansir tempo, pengelola Asgardia lebih ketat dan selektif dalam memilih warga negara mereka. Asgardia tidak akan memberikan warga negara bagi orang yang pelit memberikan informasi data diri. Dan menolak warga negara non manusia misalnya robot dan hewan.
Oktober tahun lalu, para pemimpin proyek Asgardia membahas tempat tinggal futuristik yang dapat menampung 150 juta jiwa dalam sebuah konferensi pers di Paris. Satelit pertama Asgardia rencananya akan diluncurkan pada tahun ini, awal dari sebuah proyek jangka panjang.
Asgardia diambil dari nama rumah para dewa Nors, Asgard. Menurut kepala tim dan pencetus konsep Asgardia, Igor Ashurbeyli, tempat ini akan menjadi lokasi yang demokratis. "Tiap individu dapat mengembangkan teknologi luar angkasa temuan mereka di sini," ujarnya seperti dilansir laman Space.
Ashurbeyli adalah ilmuwan yang mendirikan perusahaan teknologi Socium Holding. Asgardia merupakan salah satu proyek perusahaan yang memilikimlebih dari 10 ribu karyawan di 30 perusahaan di seluruh dunia.
Warga dunia sudah dapat melamar untuk menjadi satu dari 100 ribu warga pertama melalui laman situs web asgardia.space. Setelah terpilih nanti, tiap warga harus memenuhi semua persyaratan untuk menjadi warga bangsa Asgardia. Salah satunya harus berasal dari negara yang memperbolehkan memiliki status dwi-kewarganegaraan.
Ashurbeyli mengatakan pesawat induk Asgardia akan terbang di bawah ataupun di luar orbit bumi. Agar negara bangsa ruang angkasa ini diakui, dia dan tim setidaknya membutuhkan puluhan ribu warga sebelum mereka mendaftarkan diri sebagai sebuah negara ke Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB).
Meski begitu, tidak semua warga Asgardia wajib hidup di negara antariksa tersebut, layaknya penduduk bumi lain yang tinggal di luar negara mereka.
"Kini, desain bendera dan lambang negara sedang disiapkan," katanya kala itu.
"Asgardia merupakan refleksi cermin dari bumi di ruang angkasa tanpa batas. Tak ada kendala agama dan batas negara, sebagai individu yang independen, bukan mewakili negara," kata Ashurbeyli.
Satelit pertama akan meluncur dari negara dengan pengalaman ruang angkasa. Tapi peluncuran pesawat induk Asgardia akan dilakukan di negara berkembang yang tak menandatangani Perjanjian Ruang Angkasa.
Perjanjian internasional yang lahir selama era Perang Dingin 1967 ini mengharuskan semua aktifitas ruang angkasa dilakukan oleh negara, bukan perorangan ataupun swasta. Ini jelas tak sesuai dengan semangat tim Asgardia yang tak ingin melibatkan negara dalam membentuk negara bangsa ruang angkasa pertama di bumi.
Anggota tim proyel Asgardia, Joseph Pelton, mengatakan negara Asgardia juga akan melindungi bumi dari asteroid dan debu antariksa.
"Bumi membutuhkan pesawat ruang angkasa yang besar untuk pertahanan dari semua hal tersebut," ujar pria yang juga direktur emeritus Badan Penelitian Ruang Angkasa dan Sistem Komunikasi Lanjutan Universitas George Washington ini. (***)