|

Akar Masalah Tawuran di Belawan: Putus Sekolah, Pengangguran dan Minimnya Peran Sosial

Fenomena tawuran yang kerap terjadi di kawasan Belawan, Kota Medan, kembali menjadi sorotan.(foto: rel) 

INILAHMEDAN - Medan: Fenomena tawuran yang kerap terjadi di kawasan Belawan, Kota Medan, kembali menjadi sorotan. 

Taufik CHT CI, praktisi hypnotherapy sekaligus Sekretaris Umum Lembaga Rehabilitasi Narkoba LRPPN Bhayangkara Indonesia, membeberkan terkait maraknya konflik sosial di wilayah pesisir tersebut.

Menurut Taufik, tawuran yang terjadi bukanlah insiden spontan, melainkan gejala dari persoalan sosial yang mengakar. Dalam laporannya, setidaknya ada tiga aspek utama yang menjadi pemicu meningkatnya kekerasan di kalangan remaja Belawan: pendidikan, pekerjaan, dan lemahnya peran organisasi kemasyarakatan (ormas).

Belawan mencatat sekitar 1.500 kasus anak putus sekolah pada tahun 2021. Minimnya akses terhadap pendidikan, baik formal maupun informal, menyebabkan remaja kehilangan wadah pembinaan moral dan arah hidup. Akibatnya, mereka kerap mencari jati diri melalui pergaulan bebas hingga aksi kekerasan jalanan.
Padahal Belawan adalah pelabuhan utama di Sumatera Utara, namun ironisnya hanya sekitar 1% warga lokal yang terserap dalam sektor industri di wilayah tersebut.

“Stigma bahwa pemuda Belawan malas dan sulit diatur menjadi penghambat besar keterlibatan mereka di sektor formal,” jelas Taufik.

Ketiadaan aktivitas produktif mendorong frustrasi kolektif yang berujung pada tawuran.
Kurangnya keterlibatan aktif tokoh masyarakat dan ormas dalam pembinaan remaja turut memperburuk situasi.

“Ada kekosongan kepemimpinan lokal yang bisa dijadikan panutan,” tambahnya.

Hal Ini bisa menjadi bahan kajian bagi pemerintah untuk menyikapi permasalahan yang terjadi di Belawan:
1. Bidang Pendidikan: Pengadaan pelatihan keterampilan dan program konseling berbasis komunitas bagi remaja putus sekolah.
2. Bidang Pekerjaan: Pelatihan kerja dan pembukaan akses kerja bagi pemuda lokal di sektor industri pelabuhan.
3. Peran Sosial: Penguatan ormas dalam kegiatan positif remaja serta pelibatan tokoh masyarakat sebagai mediator konflik dan agen perdamaian.

Taufik menegaskan bahwa penyelesaian masalah tawuran di Belawan harus menyasar akar persoalan, bukan hanya menangani efeknya.

“Kita tidak bisa hanya mengutuk aksi kekerasannya saja, tapi harus membenahi sistem sosial yang melahirkannya,” pungkasnya.(imc/rel)

Komentar

Berita Terkini