|

RSU Royal Prima Gelar Simposium dan Workshop Osteoporosis


INILAHMEDAN - Medan: Rumah Sakit Umum (RSU) Royal Prima Jalan Ayahanda Medan menggelar Simposium dan Workshop dengan topik 'New Perspective in Osteoporosis DiagnosisUpdate 2019'.
    
Acara tersebut menghadirkan para pembicara di antaranya Prof D dr Errol Hutagalung Sp.B Sp.OT(K) dari Universitas Indonesia (UI), Prof Dr dr Idrus A Patrusi SpB SpOT(K) FICS dari Universitas Hasanuddin, dr Ottoman Siregar Sp.OT(K) Spine dari Universitas Sumatera Utara (USU), dr Gunawan Tirtarahardja CCD CCT dari Faculty in International Society
for Clinical Densitometry, Prof Sharaf Ibrahim MD dari Universitas Kebangsaan Malaysia
dan Dr dr Adrian Khu Sp.OT FICS  AIFO-K dari Universitas Prima Indonesia (Unpri).
    
Hadir pada acara itu, pendiri Unpri Dr dr I Nyoman Ehrich Lister MKes, AIFM., Ketua BPH Unpri Dr Tommy Leonard SH MKn, Rektor Unpri Dr Chrismis Novalinda Ginting MKes, Wakil Rektor II Dr Ermi Girsang SKM, MKes, Wakil Rektor IV dr Ali Napiah Nasution MKT, Dekan FK Unpri dr Linda Chiuman MKM AIFO-K.

Dekan FK Unpri dr Linda Chiuman dalam sambutannya berharap dengan diadakannya kegiatan ini masyarakat semakin mengenal penyakit yang dijuluki silent killer ini, serta lebih paham cara untuk mencegah dan mengobati
komplikasinya.

Dikatakannya, Osteoporosis adalah penyakit tulang di mana terjadi penurunan kekuatan tulang hingga meningkatkan resiko patah tulang. 
    
Dijelaskan dr Linda, kekuatan tulang dapat dinilai dari dua aspek yakni densitas tulang (kwantitas) dan kwalitas tulang. Secara umum, penyakit ini dipengaruhi oleh 80 persen genetik dan 20 persen gaya hidup dan nutrisi. 
    
Faktor-faktor yang meingkatkan risiko untuk mengidap penyakit ini, katanya, antara lain usia lanjut dengan umur lebih dari 60 tahun, wanita post-menopause, badan kurus dengan indeks massa tubuh kurang dari 19 kg/m2., kurang bergerak, mengkonsumsi kopi lebih dari 3 gelas per hari, kurang terpapar sinar matahari secara langsung, kurangnya asupan kalsium dan vitamin D dalam diet sehari-hari, orang dengan kelainan fungsi ginjal dan mengkonsumsi obat-obat yang mengganggu metabolisme kalsium dan vitamin D seperti kortikosteroid dalam jangka waktu yang lama.
    
Penelitian menyatakan bahwa saat ini 30 persen wanita berusia lebih dari 50 tahun menderita osteoporosis. Hal ini banyak membuat orang-orang salah kaprah mengenai penyakit ini. 
    
Kaum pria katanya, juga bisa menderita penyakit ini dengan rata-rata diderita oleh pria dengan usia lebih dari 60 tahun.  

Alasan wanita lebih gampang menderita oseteoporosis adalah karena sejak usia 45 tahun kepadatan tulang akan berkurang 1 – 3 persen setiap tahunnya.
    
Hal ini disebabkan karena hormon estrogen mulai berkurang. Estrogen berfungsi untuk menekan aktivitas dari osteoclast (sel yang menyerap sel tulang). 
    
Sementara itu Adrian Khu memperkenalkan alat Echolight yang menggunaka teknologi Radiofrequency Echographic Multi Spectometry (REMS). 
    
Menurut Adrian Khu, salah satu keunggulan dari alat ini adalah bebas radiasi yang menjadikan alat ini aman digunakan untuk screening dan follow-up terapi osteoporosis jangka pendek.
     
Alat ini, katanya, digunakan untuk mendeteksi kepadatan tulang pada tulang belakang bagian lumbar serta bagian kepala dan leher tulang femur.(imc/bsk)
Komentar

Berita Terkini