|

Hutan Sumut Miliki Potensi Ekonomi Luar Biasa


INILAHMEDAN - Medan: Hutan di Sumatara Utara (Sumut) ternyata memiliki potensi yang sangat luar biasa dan sulit menemukan duanya di Indonesia. Jika dikelola dengan baik akan bernilai ekonomi tinggi dan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Sumut.

Hal itu terungkap dalam diskusi Gubernur Sumut Edy Rahmayadi dengan Kepala Pusat Penelitian Hasil Hutan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Dwi Sudarto, dan para pimpinan OPD Pemprov Sumut tentang Pemanfaatan Hutan Sumut, di Rumah Dinas Gubernur Sumut, Jalan Sudirman Medan, Rabu (10/07/2019).

Dwi Sudarto mengatakan, banyak hasil hutan Sumut yang memiliki nilai komersial tinggi namun belum dikelola dengan baik. Seperti limbah batang sawit yang ditebang saat replanting, aren yang diubah menjadi bioetanol, asap cair untuk pestisida alami, kemenyan dan budidaya kacang macademia intregrafolia.

“Sumatera Utara produsen kelapa sawit terbesar ke dua di Indonesia dengan luas lahan sekitar 2,5 juta Ha. Selama ini limbah batang sawit setelah replanting, karena tidak boleh dibakar petani mencacahnya, dibiarkan busuk. Itu menimbulkan masalah baru, hama, karbon padahal itu bisa kita manfaatkan untuk perkayuan, menjadi pintu, jendela, lemari, kayu lapis dan fancy floring,” katanya.

Dengan sedikit usaha, menurutnya, batang sawit yang dianggap limbah bisa dibuat mempunyai nilai ekonomis. Hal itu sudah dipamerkan di Jerman, Postdam 28-29 Juni dan di Saarbrucken pada 26 Juni 2019.

“Respons mereka sangat positif dan mereka antusias. Begitu juga dengan parfum dari kemenyan, ternyata kemenyan ini pengikat parfum yang sangat baik, sehingga tidak butuh alkohol dan pengembangan parfum ini di LHK Aek Nauli. Parfum ini menjadi buah bibir di sana,” kata Dwi Sudarto.

Tidak hanya menjadi parfum, Sudarto juga menjelaskan pemanfaatkan kemenyan untuk pembuatan propolis yang berkhasiat sebagai anti mikroba, antibiotik alami, dan juga anti kanker.

Potensi lainnya dari hutan Sumut adalah aren. Kementerian LHK berhasil mengubah aren menjadi bioethanol sebagai alternatif bahan bakar rumah tangga, campuran premium untuk kendaraan dan genset, bahkan juga untuk parfum dan pupuk cair. Pemanfaatan aren untuk dijadikan alternatif bahan bakar sudah diimplementasikan Desa Butomoito, Kabupaten Boalemo, Gorontalo.

“Aren yang biasanya di kampung kita ini digunakan untuk menjadi bahan tuak, di Gorontalo kita manfaatkan untuk menjadi bioethanol. Orang-orang di sana jadi tidak begitu tergantung lagi dengan gas elpiji 3 kg, mereka memanfaatkan itu untuk memasak. Dana pengolahan ini kita bisa ambil dari dana desa,” tambah Dwi, yang merupakan putra asli Sumut ini.

Gubernur Sumut Edy Rahmayadi ingin segera potensi-potensi ini diimplementasikan di Sumatera Utara untuk meningkatkan pendapatan masyarakat. Edy tidak ingin hal ini hanya menjadi wacana saja.

“Saya ingin ini konkret, kita harus bisa memaksimalkan potensi desa, mustahil kita bisa menata kota kalau desa tidak kita bangun. Tolong ini ditindaklanjuti, bukan hanya menjadi ajang seremonial saja,” tegas Edy Rahmayadi. (imc/bsk)
Komentar

Berita Terkini